"Oke, terus, kerjaan itu mungkin tak seperti yang ada di TV, yang mana diplomat pakai jas, dasi, masuk ruangan untuk melakukan negosiasi atau apa,"kata Subaryono menirukan perkataan anaknya.
Arya Daru mengatakan kepada ayahnya harus siap dipanggil kapan saja jika dibutuhkan untuk perlindungan WNI.
"Karena dunia ini kan 24 jam, tak bisa bekerja di jam Indonesia, diceritakan yang bersifatnya kemanusiaan,"ujarnya.
Misalnya, Anak Buah Kapal (ABK) yang meninggal di kapal asing, Arya Daru ikut mengurus kepulangan ke Indonesia.
Contoh lain, Arya harus melakukan koordinasi dengan kerabat korban.
"Menjelaskan kepada keluarga hingga alamat, bisa kasus kecelakaan, kriminalitas," jelas Subaryono.
Arya Daru juga pernah ditugaskan ke Arab untuk menjadi ketua tim melakukan terapi ke TKW dan TKI.
"Itulah pekerjaan Daru sebagai diplomat dan selama ini selalu mengatakan 'I am ok," urai Subaryono.
Setelah tiga tahun bekerja, Arya Daru mendapatkan promosi ke Finlandia yang menjadi kabar menggembirakan.
"Istrinya sudah menyiapkan, sudah fix, mobil sudah dijual, istri sudah pamit untuk anak-anak pindah sekolah dari Jogja ke Finlandia," cerita Subaryono.
Bahkan karena tugas anaknya itu, Subaryono mendapatkan hak istimewa dibuatkan paspor dan sudah jadi.
"Itu perjalanan hidup kami dengan perjuangan yang luar biasa dan itu hilang" urainya.
"Kami tak membayangkan anak kami meninggal dengan cara seperti itu, apa salah kami? dan suatu saat akan terungkap kebenaran,"ujarnya.
"Anak saya tidak takut pada gelap, berjuang sendiri hingga berjuang untuk keluarganya,"kata Subaryono.
Pernyataan Subaryono itu secara tersirat mengatakan anaknya tidak ada indikasi hidupnya tidak bahagia hingga mengalami depresi dan berakhir seperti ketika kali terakhir ditemukan di kamar kos.
(Tribunnews.com/TribunJogja.com)
Artikel ini telah tayang di SuryaMalang.com
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya