Yakni Dia adalah Guru, seorang yang jujur yang mengajar Jalan Allah dalam kejujuran dan kebenaran yang sejati, tidak takut dengan siapapun, sebab Yesus tidak mencari muka atau mencari nama, untuk kepentingan dirinya sendiri atau untuk mencari untuk dari apa yang Dia lakukan untuk kebaikan umat Tuhan.
Sekilas kata-kata mereka memang jujur dan terkesan tulus.
Sebab apa yang mereka katakan itu memang benar adanya.
Tidak salah sedikitpun. Dia memang Tuhan dan Juruselamat dunia, sehingga sedikitpun Dia tidak ada cela, noda dan dosa pada diri-Nya.
Namun sesungguhnya di balik kejujuran pengakuan mereka tentang Yesus itu, terkandung akal bulus, niat jahat untuk menjerat atau menjebak Dia dengan pertanyaan mereka.
Justru maksud mereka adalah sebaliknya.
Mereka sesungguhnya tidak tulus, tapi penuh dengan tipu muslihat atau tipu daya.
Hati mereka busuk, karena rancangan mereka jahat.
Target mereka adalah untuk membinasakan Yesus dengan pertanyaan mereka itu.
Mereka lupa bahwa Yesus yang mereka hadapi adalah Tuhan. Sebab Yesus maha tahu, Dia mengenal hati semua orang.
Sebelum mereka berpikir untuk mengatakannya, Yesus sudah tahu akal bulus dan rencana jahat mereka.
Di balik manis tutur kata dan pujian mereka ternyata terkandung niat jahat untuk membinasakan Yesus.
Begitu jahat hati mereka.
Apa yang dikatakan, tidak sesuai dengan yang terkandung di hatinya.
Seperti kata sebuah syair lagu, "Lain di bibir, lain di hati."