Meskipun begitu, Politisi dari Fraksi PAN tersebut menekankan bahwa respons tegas bukan berarti menutup pintu dialog.
Ia mendorong agar diplomasi Indonesia tetap berjalan pada koridor yang konstruktif.
“Fokus utama kita seharusnya bukan untuk mempertajam perbedaan semantik, melainkan untuk mencari titik temu yang adil dan permanen. Diplomasi kita harus mampu menavigasi perbedaan ini dengan bijaksana, mempertahankan prinsip kedaulatan tanpa harus menciptakan konflik yang tidak perlu,” jelasnya.
Lebih lanjut, Farah mengapresiasi langkah terobosan yang disepakati oleh kedua kepala negara, Presiden Prabowo Subianto dan Perdana Menteri Anwar Ibrahim, untuk menjajaki opsi pengembangan bersama (joint development).
Menurutnya, ini adalah langkah pragmatis yang patut didukung, namun ia juga mengingatkan agar pemerintah turut mengkonsultasikan setiap rincian teknisnya dengan Komisi I DPR RI untuk memastikan kepentingan nasional terlindungi.
Baca juga: YSK Buktikan Janji untuk Penambang Sulut: 3000 Hektar WPR Hadir dan Sah Punya Payung Hukum
Baca juga: Daftar Kasus Penikaman di Manado Tahun 2025: Terbaru Terjadi di Sario dan Paal 2 Berujung Tewas
Menteri Luar Negeri RI Sugiono sebelumnya juga telah angkat bicara terkait situasi yang panas di sekitar wilayah Blok Ambalat, di Laut Sulawesi, khususnya perihal perbatasan Indonesia dan Malaysia.
“Kita selesaikan baik-baik. Seperti saya sampaikan tadi, kita diplomasi, selesaikan baik - baik,” singkat Sugiono usai menghadiri peringatan ASEAN ke-58, di Sekretariat ASEAN, Jakarta Selatan, Jumat (8/8/2025) lalu.
Ada apa di Ambalat?
Blok Ambalat adalah wilayah laut strategis di perairan antara Kalimantan Utara (Indonesia) dan Sabah (Malaysia).
Wilayah ini menjadi sorotan karena mengandung sumber daya alam yang sangat kaya, terutama minyak dan gas bumi.
Wilayah ini diperkirakan memiliki cadangan energi di Ambalat bernilai miliaran dolar, menjadikannya sangat menarik bagi kedua negara: Indonesia dan Malaysia.
Lokasi
Blok Ambalat terletak di Laut Sulawesi/Selat Makassar, dekat perbatasan laut Indonesia–Malaysia.
Luasnya sekitar 15.235 km⊃2;, menjadikannya salah satu blok laut terbesar yang belum sepenuhnya disepakati batasnya.
Malaysia menyebut wilayah ini sebagai bagian dari Peta Baru 1979, yang juga mencakup Pulau Sipadan dan Ligitan.