Setiap hari sepulang sekolah, Josua bekerja sebagai buruh bangunan dan pengangkut sampah demi menghidupi ayahnya yang sedang sakit parah.
Dengan mata yang jernih namun penuh kelelahan, Josua menceritakan bagaimana ia harus mencari uang untuk membeli beras dan memenuhi kebutuhan harian mereka berdua.
Tak ada ibu, tak ada saudara.
Hanya Josua dan ayahnya dalam perjuangan sunyi di sudut kota Bitung.
Hal itu membuat membuat suasana tiba-tiba hening dan haru, termasuk Kapolres Bitung.
Kapolres Bitung tak mampu menyembunyikan keharuannya.
Dalam diam, Ia mencerminkan bocah kecil itu, seorang anak yang seharusnya masih bermain dan belajar, kini memikul beban orang dewasa dengan ketabahan luar biasa.
Di tengah maraknya kasus kenakalan remaja dan kriminalitas di kalangan anak di bawah umur, sosok Josua menjadi potret lain yang menggugah, bahwa masih ada anak-anak yang memilih jalan tangguh dan penuh cinta demi keluarganya.
Sebagai bentuk kepedulian, Kapolres Bitung menyerahkan bantuan sembako dan santunan tali asih kepada Josua.
Bocah itu pun membalas dengan senyum tulus dan ucapan terima kasih yang tak henti-henti.
Dikatakan Kapolres, kisah ini menjadi perenungan, bahwa kasih, pengorbanan, dan keteguhan bisa datang dari sosok yang paling kecil, di tempat yang tak disangka-sangka. (fis)
Baca Berita Lainnya di: Google News
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya