TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Pjs Ketua Sinode Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) Pendeta Janny Rende meluruskan perihal kerja sama GMIM dengan Gereja Presbiterian di Amerika Serikat (PCUSA) yang ditandatangani Pdt Hein Arina dalam kunjungannya ke Amerika Serikat.
Kerja sama itu memicu kontroversi dikarenakan PCUSA disebut-sebut gereja yang pro LGBTQ.
Paham tersebut bertentangan dengan doktrin GMIM yang berakar pada kekristenan tradisional berlandaskan pada kitab suci.
Janny menerangkan, PCUSA adalah gereja yang terdiri dari berbagai aliran.
"Kalau GMIM kan hanya satu aliran, tapi PCUSA terdiri dari berbagai aliran," katanya.
Sebut dia, PCUSA mirip Persatuan Gereja Indonesia (PGI) yang memiliki satu kepercayaan beda aliran.
"Kalau PGI dia secara organisasi tidak mengatur sinode gereja-gereja yang gabung, tapi kalau PCUSA mengatur," katanya.
Ia tak memungkiri bilamana ada aliran di PCUSA yang pro LGBTQ.
"Tapi ada juga yang tidak," katanya.
Menurut dia, kerja sama itu sangat luar biasa.
GMIM difasilitasi untuk menggunakan gedung-gedung yang kosong.
"Tentunya dengan sejumlah persyaratan," katanya.
Tujuan Kerja Sama
Sinode GMIM kini tengah jadi sorotan.
Baru-baru ini Ketua Sinode GMIM Pdt Hein Arina melakukan kerja sama dengan Presbyterian Church (PCUSA) di Kentucky, Amerika Serikat.