TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Sulawesi Utara adalah provinsi multi etnis. 

Di sini juga hidup suku-suku yang dipercaya sejak lama menjadi penghuni awal wilayah utara Pulau Sulawesi. 

Suku-suku tersebut memiki bahasa mereka sendiri. 

Meski begitu, untuk berkomunikasi antar mereka, suku-suku berbeda ini menggunakan bahasa Manado, yakni bahasa Melayu Kreol yang berkembang sejak masa kedatangan bangsa Eropa. 

Berdasarkan penelusuran tribunmanado.co.id, total ada 15 bahasa daerah di Sulawesi Utara, termasuk bahasa Manado dan rumpun bahasa Minahasa, Mongondow dan Sangir. 

Bahasa-bahasa yang ada di Sulawesi Utara ini diklasifikasikan ke dalam rumpun bahasa Filipinik yang merupakan turunan dari rumpun besar bahasa Melayu-Polinesia dan Austronesia. 

Bahasa-bahasa tersebut terbagi lagi ke dalam beberapa rumpun bahasa seperti Rumpun Bahasa Minahasa, Mongondow, Sangir dan Gorontalo.

Simak selengkapnya:

Rumpun Bahasa Sangirik

Bahasa Sangihe

Bahasa Sangihe adalah bahasa yang dituturkan oleh Suku Sangihe. 

Yakni salah satu suku di Sulawesi Utara yang umumnya berasal dari Kepulauan Nusa Utara. 

Mayoritas penutur bahasa ini berada di Kabupaten Siau Tagulandang Biaro (Sitaro), Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Kepualauan Talaud. 

Meski begitu, orang-orang suku Sangihe yang bisa menuturkan bahahasa Sangihe juga banyak tersebar di wilayah lain di Sulawesi Utara, seperti di Manado, Bolaang Mongondow dan Minahasa. 

Bahasa Bantik

Bahasa Bantik adalah bahasa yang dituturkan oleh orang-orang Suku Bantik. 

Penutur bahasa ini tersebar di banyak wilayah yang ada di Sulawesi Utara, terutama di Kota Manado, Kabupaten Minahasa Utara, Kabupaten Minahasa, dan Kabupaten Bolaang Mongondow. 

Meski Bantik saat ini diyakini sebagai bagian dari sub-etnik Minahasa, namun oleh para ahli bahasa Bantik dikategorikan sebagai bagian dari rumpun bahasa Sangirik karena kedekatan bahasa ini dengan bahasa Sangihe.