TRIBUNMANADO.CO.ID - Renungan harian Kristen kali ini berjudul kepandaian dan kebutuhan akan Injil.
Firman Tuhan diambil dalam Kisah Para Rasul 8 : 26-40.
Jawabnya: “Bagaimanakah aku dapat mengerti, kalau tidak ada yang membimbing aku?” Lalu ia meminta Filipus naik dan duduk di sampingnya. (Kisah PR 8: 31)
Baca juga: Renungan Harian Kristen 1 Korintus 9:24-25 TB, Berlari untuk Menang
Di sepanjang jaman orang cerdas dan pintar itu selalu ada.
Di antaranya yang rindu mencari Allah dan akhirnya bertemu Yesus secara pribadi. Ada rasul Paulus, St Agustinus, Blaise Pascal, dll di era-era selanjutnya.
Sida-sida dari Etiopia (kemungkinan wilayah Sudan sekarang) ini adalah pejabat tinggi yang pintar dengan kuriositas (quriocity-rasa ingin tahu berhubungan dengan keilmuan) yang tinggi.
Selain haus ilmu, dia mungkin pernah mendengar sejarah bangsa Israel dengan segala kecemerlangannya.
Dia jauh-jauh pergi dari negerinya untuk beribadah ke Yerusalem dan bahkan mendapatkan kitab (salinan) nabi Yesaya yang waktu itu mungkin hanya dimiliki kalangan imam kepala saja.
Saat Filipus (pria biasa, asing dan tak dikenal) datang, ia memberikan tempat duduk di kereta di sampingnya.
Ketertarikan pada Yudaisme menuntunnya untuk menerima benih iman yang membuka hatinya untuk menerima Kristus lalu dibaptiskan oleh Filipus.
Kelanjutan kisah ini tidak kita ketahui lagi, sebab kepentingan Tuhan saat itu dengan jabatan dan pelayanan Filipus menjelang masa sulit jemaat yang akan teraniaya, tersebar, dan menjadi diaspora diseluruh muka bumi.
Saat ini banyak orang pandai dan terkemuka yang juga membutuhkan kepastian keselamatan dalam Kristus.
Di sisi lain, jemaat Tuhan pun membutuhkan pendidikan Alkitabiah yang makin memadai serta kontekstual.
Dalam sebuah seminar di gereja (pematerinya penggiat dan Doktor peneliti media sosial) diungkap salah satu “ketimpangan” dimana rujukan generasi milenial Kristen saat ini bukanlah pengkhotbah atau podcast yang “teologis berat”.
Ini bukanlah soal selera atau preferensi generasi ini, namun tanggung jawab pengajaran gereja yang belum dikerjakan secara kontekstual untuk terkoneksi dengan generasi ini.