Di sisi lain, masyarakat Sulut sendiri masih kurang peduli dengan upaya pencegahan DBD karena masih hidup seenaknya dan tidak merawat lingkungan.
"Masyarakat kita juga masih banyak yang belum paham dengan bagaimana berperilaku hidup sehat dan menjaga lingkungan sekitarnya, sehingga harus terus diedukasi melalui semua sumber informasi," kata dr Adi.
Di era digital ini, pemerintah dan instansi terkait juga sudah menyebarkan sosialisasi DBD di media soaial.
Namun, karena tidak adanya pengawasan yang cukup kuat oleh pemerintah dan kesadaran rendah dari masyarakat, informasi itu tidak bisa ditindaklanjuti oleh masyarakat.
Penataan kota yang buruk juga salah satu pemicu DBD ini.
Penataan kota sendiri berkaitan dengan bagaimana lingkungan kota menjadi amburadul dan menjadi tempat bersarang nyamuk penyebab DBD.
Menurut dr Adi, penanganannya seharusnya sederhana, tetapi terlampau dibuat rumit oleh pemerintah maupun masyarakat untuk menanganinya.
"Kita memang tidak bisa menghindari musim hujan karena ini adalah masalah alami.
Tapi kita bisa mengendalikan perilaku masyarakat kita maupun mendorong political will dari pemerintah untuk mengeradikasi masalah ini supaya tidak muncul kembali. Di mana ada niat, di situ ada jalan," tutupnya. (Tribunmanado.co.id/Isvara)