Berarti sekarang kalau ke mana-mana dibilangnya, 'Ih orang daerah'," ujarnya, Jumat (8/3/2024).
Josua mengaku lahir dan besar di Jakarta. Oleh karena itu, dia terbiasa disebut sebagai "anak Ibu Kota" oleh teman-temannya yang berasal dari luar Jakarta.
Kini, dia mengaku perlu membiasakan diri dengan kelakar teman-temannya yang akan mengganti sebutan "anak Ibu Kota" menjadi "orang daerah".
"Sekarang jadi bakal tahu, 'Oh, ternyata begini rasanya dibilang orang daerah'," kata Josua.
Sedangkan Anggita (27), warga Pademangan, Jakarta Utara, merasa sedih dan senang dengan pencabutan status Jakarta sebagai Ibu Kota Negara.
Gita merasa sedih karena sudah lama mengetahui Jakarta sebagai ibu kota negara, alias pusat dan jantung Indonesia.
"Dan pasti bakal ada yang berubah, entah dari perekonomian dan yang lainnya," kata Anggita, Jumat.
Meski begitu, dia turut senang dengan dipindahkannya status Ibu Kota Negara dari Jakarta ke Nusantara.
Menurut Anggita, kini orang-orang akan lebih tertarik untuk pindah dan tinggal di sana demi merasakan ibu kota baru.
Dengan kata lain, dia berharap bahwa populasi warga Jakarta bisa sedikit berkurang.
"Semoga Jakarta yang dikenal berpolusi ini bisa sedikit berkurang (polusinya), berkurang macetnya, dan populasi penduduknya semoga bisa berkurang seiring dengan dipindahkannya pusat pemerintahan ke IKN," ujarnya.
Pendapat biasa saja disampaikan Rafida (27), warga Grogol Petamburan, Jakarta Barat.
Pasalnya, menurut Rafida, belum ada perubahan terbaru di Jakarta yang meninggalkan kesan baik pada dirinya.
"Belum terasa ada perubahan sekarang karena Jakarta ya masih Jakarta.
Kalau bakal ada perubahan atau enggak pas IKN jadi Ibu Kota, belum ketahuan," kata Rafida, Jumat.