TRIBUNMANADO.CO.ID, Jakarta - Perolehan suara Partai Kebangkitan Bangsa dan Partai Gelora naik sedangkan suara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) 'meledak' versi hitungan langsung (real count) Sirekap Komisi Pemilihan Umum dibanding quick count (hitung cepat) berbagai lembaga survei.
Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI), Djayadi Hanan, menilai tidak ada yang aneh dari perolehan suara tiga partai tersebut.
Hasil quick count LSI terhadap PKS, Gelora, dan PSI tidak terlampau berbeda dengan hitung cepat lembaga lain.
Hitung cepat versi lembaga survei Indikator Politik Indonesia untuk PKB di angka 10,64 persen, versi Sirekap naik 0,9 persen menjadi 11,54 persen.
Begitu juga Gelora mendapat 0,88 persen dalam hitung cepat dan Sirekap naik 0,61 persen menjadi 1,49 persen. PSI dalam hitung cepat 2,66 persen sedangkan di Sirekap naik 0,47 persen menjadi 3,13 persen.
Menurut Djayadi, selisih perolehan suara ketiga partai tersebut antara yang tertera di Sirekap dengan hasil quick count lembaganya tak lebih dari batas margin of error sebesar 0,75 persen.
Untuk PKB, katanya, beda suara antara LSI dengan Sirekap sekitar 0,4 persen, Gelora sebesar 0,5 persen dan PSI adalah 0,33 persen.
"Kalau hasil quick count ada margin of error, suara partai bisa di bawah dari yang diperkirakan quick count, atau bisa juga di atas yang diperkirakan quick count," ujar Djayadi Hanan.
"Kami di LSI toleransi simpangannya sekitar 0,75 persen. Jadi kalau sekarang PSI mendapat 3,13 persen belum bisa disimpulkan ada lonjakan."
"Adakah kecurangan nanti kalau seluruh data sudah masuk, suara ketiga partai ini terus melonjak, nah itu memang ada keanehan. Kalau sekarang data baru masuk 65 persen jadi masih bisa berubah."
Djayadi juga menjelaskan kalaupun terjadi lonjakan suara pada partai-partai tersebut di hari tertentu, tak bisa semata-semata dianggap adanya kecurangan.
Bisa saja, kata dia, data yang masuk ke Sirekap adalah perolehan suara dari TPS-TPS di mana partai itu mendominasi.
"Misalnya Gelora kuat di Jawa Barat, suaranya dari Jabar masuk semua di Sirekap, kan bisa melonjak tuh. Jadi enggak aneh," katanya.
"Saya tidak tahu bagaimana KPU memasukkan data, apakah proporsional atau tidak. Tapi data masih 65 persen enggak bisa dibilang sudah ada lonjakan."
"Kita tunggu saja kalau ternyata mereka terus melonjak sampai 4 persen itu baru tidak masuk akal, karena terlalu jauh dari hasil quick count," ujarnya.
Dugaan Kecurangan
Pakar kepemiluan dari Universitas Indonesia (UI), Titi Anggraini mengatakan, terjadi pergeseran dari suara tidak sah masuk ke dalam perolehan suara partai di beberapa TPS.
Kekeliruan input data Sirekap ini, katanya, harus ditelusuri oleh KPU apakah semata faktor kesalahan sistem atau ada indikasi kesengajaan menggiring suara ke partai tertentu.
Komisioner KPU Idham Holik mengatakan rujukan utama perolehan suara tetap berdasarkan foto dokumen formulir Model C.Hasil Plano, meskipun angka yang tertulis dalam laman KPU berbeda.
Wakil Ketua Dewan Pembina PSI, Grace Natalie, mengatakan adanya penambahan termasuk pengurangan suara selama proses rekapitulasi merupakan hal yang wajar.
Dia pun mempertanyakan pihak-pihak yang disebutnya mencoba menggiring opini dengan mempertanyakan penambahan suara partainya sebagai ketidakwajaran.
Grace berkata, saat ini lebih dari 70 juta suara belum terhitung dan sebagian besar merupakan basis pendukung Presiden Jokowi.
Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah juga mempertanyakan tuduhan ketidakwajaran berupa penambahan suara yang termuat di Sirekap.
"Yang wajar bagaimana? Ya sudah kita tunggu saja, semoga sesuai harapan," kata Fahri.
Quick Count (Indikator) vs Sirekap
- PKB 10,64 - 11,54 persen, naik 0,9 persen
- Gelora 0,88 - 1,49 persen, naik 0,61 persen
- PSI 2,66 - 3,13 persen, naik 0,47 persen
- PKS 8,13 - 7,5 persen, turun 0,63 persen
(Tribun)