Jadi mereka lebih memilih naik kendaraan pribadi dan itu tidak salah, walaupun masih ada juga yang masih naik bendi waktu itu ,"ujarnya.
Saat itu pendapatannya mulai menurun bahkan pernah pendapatan hanya Rp 50 ribu sehari.
Pendapatannya semakin menurun sampai di titik terendah yaitu masa Pandemi Covid-19.
"Pas Covid kan dilarang keluar rumah jadi saya waktu itu memang tidak bisa cari penumpang. Tapi bersyukur selama itu Tuhan masih berikan kesehatan dan kecukupan," ucap Opa dua cucu tersebut.
Ia juga bersyukur karena lewat pekerjaan itu, dia bisa menyekolahkan anaknya hingga ke perguruan tinggi.
"Saya sangat bersyukur, kalau sekarang orang anggap enteng pekerjaan ini, tapi Puji Tuhan lewat ini semua saya bisa sekolahkan anak saya sampai ke perguruan tinggi," jelasnya.
Saat ditanya kesulitan yang dialami waktu jadi pengendara bendi, ia menjawab tidak ada.
"Tidak ada kesulitan selama ini, walaupun memang beberapa kali pendapatan sangat kurang, lalu lewati pandemi covid, tapi itulah berkat yang saya terima, tidak bisa mengeluh. Semua Tuhan yang atur," lanjutnya.
Di akhir wawancara, ia berpesan pada setiap orang agar tetap bersyukur walaupun banyak masalah yang dihadapi.
"Jangan jadikan hidup ini sebagai beban, mau pendapatan kecil atau besar, saya hanya percaya Tuhan sudah menyediakan berkat kita sesuai dengan porsinya. Jadi tetap bersyukur," tutupnya.
Berikut profil singkat
Nama : Andris Johan Lengkey
TTL : Tomohon, 25 /4 /1954
Istri : Yuliana Lenak (66)
Anak :
1. Lingke Lengkey (44)
2. Natalia Lengkey (35)
Cucu :
1. Imanuel Untu (17)
2. Noela Untu (8)
3. lavio Putra Bayong (15)
Pendidikan :
SD GMIM SATU SARONGSONG
ST Kaaten
• Bendi di Tomohon Sulawesi Utara Sepi Peminat, Orang Lokal Sudah Tidak Pernah Naik Lagi
• Lambaikan Tangan, Royke Roring dan Robby Dondokambey Diarak Naik Bendi di Minahasa Sulawesi Utara
Baca berita lainnya di: Google News
Berita terbaru Tribun Manado: klik di sini