Sueb sendiri tak terlibat dalam gerakan tersebut.
Sehari-hari, Sueb berdagang di daerah Bali Mester, Jatinegara.
Rumah milik Sueb itu digunakan untuk rapat-rapat penting menjelang G30S, termasuk merancang siapa-siapa saja jeneral yang harus diculik.
Bangunan itu juga menjadi bagian dari Monumen Pancasila Sakti, di mana bangunannya masih 99 persen utuh.
Meja, kursi, dan perabotan lainnya masih dipertahankan.
Untuk rumah ketiga, yang sebagian besar bagiannya berupa gedek difungsikan sebagai dapur umum.
Pemilik rumah itu adalah Amrah, seorang janda yang disebut tak ada sangkut pautnya dengan peristiwa G30S.
Sehari-hari, Amrah bekerja sebagai tukang jahit.
Konon katanya, di sekitar Monumen Pancasila Saksi di Lubang Buaya ini adalah sekitar 13 rumah.
Tapi 10 rumah lainnya disebut tak terkait dengan peristiwa G30S, sehingga direlokasi dengan ganti rugi.
Monumen Pancasila Saksi atau Monumen Pahlawan Revolusi merupakan monumen yang dibangun di atas lahan yang dulu menjadi pusat Gerakan 30 September.
Lokasi itu dulunya adalah perkebunan karet.
Monumen ini dibangun di atas lahan seluas 14,6 Hektar, atas prakarsa Presiden ke-2 RI, Soeharto.
Monumen ini dibangun untuk mengingat perjuangan para Pahlawan Revolusi yang menjadi korban G30S.
Monumen ini terletak Kelurahan Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur.