TRIBUNMANADO.CO.ID - Peristiwa G 30 S PKI masih melekat di benak sebagian besar warga Indonesia.
Peristiwa yang sangat menyakitkan terhadap bangsa sendiri.
Lokasi pembantaian terhadap 6 jendral dan satu perwira TNI AD kini disebut Monumen Pancasila.
Baca juga: Nasib 5 Anak DN Aidit Usai Peristiwa G 30 S PKI, Ada yang Sudah Pindah Kewarganegaraan
di situ ada tempat yang menjadi saksi sejarah kekejaman PKI.
Terhitung ada sekitar tiga rumah yang dijadikan semacam tempat mereka mengumpulkan dan melakukan penyiksaan kepada para korban.
Ternyata rumah tersebut adalah milik warga.
Berdasarkan penelusuran, dua rumah warga pemiliknya tak terlibat kegiatan PKI.
Baca juga: Kisah Cakrabirawa Anti PKI dari Minahasa Sulawesi Utara, Nyaris Hajar Letkol Untung
Setidaknya ada tiga bangunan di Lubang Buaya yang menjadi pusat komando Gerakan 30 September 1965.
Tiga rumah itu punya fungsi masing-masing.
Rumah pertama digunakan untuk tempat penyiksaan perwira-perwira Angkatan Darat yang diculik, rumah kedua sebagai pos komando, sementara rumah ketiga berfungsi sebagai dapur umum.
Untuk rumah pertama, ternyata itu adalah rumah milik seorang guru bernama Bambang Harjono, dia adalah seorang kepala sekolah SR dan disebut sebagai seorang simpatisan PKI.
Baca juga: Oma Alphia Makasebape, Saksi Sejarah Peristiwa G30S/PKI 1965
Sehari-hari, rumah itu digunakan untuk tempat belajar anak-anak.
Saat ini, rumah itu sudah menjadi bagian dari Monumen Pancasila Saksi, di mana di dalamnya dilengkapi dengan diorama dan audio yang menjelaskan perisitwa G30S.
Di rumah itu juga masih ada papan tulis sebagai bukti bahwa rumah itu pernah digunakan sebagai bangunan sekolah.
Untuk rumah kedua, yang digunakan sebagai Pos Komando G30S, adalah milik seorang pedagang bernama Sueb.