Ya, mungkin itulah tipe orangnya, namun akhirnya ia menjadi percaya, dan mengakui Yesus adalah Tuhan dan Allahnya.
Yang jelas pemikiran Tomas yang “mau bukti dulu” itu, perlu diluruskan, dan itulah yang Yesus lakukan (ay.29), bahwa percaya lebih daripada sekedar melihat bukti (1 Petrus 1:8).
Mungkin ada yang mencela Tomas, tapi tunggu dulu! Banyak yang hanya ‘kelihatannya’ Kristen, tetapi tidak percaya Yesus mati dan bangkit.
Mengapa? Sebab mereka sendiri terjebak dan terjerat dengan pemikiran deduktif (menyerap konsep teologi atau filsafat dari luar Alkitab, tanpa mempelajari Alkitab itu sendiri).
Seperti seorang professor yang getol mempertanyakan soal kebenaran Alkitab, ingin menulis beberapa bab sebagai bantahan, namun saat masih menulis, ia berlutut dan mohon ampun seraya berseru, “Ya Tuhanku ya Allahku!” Ia sadar bahwa pikirannya telah tersesat.
Sekarang dengan iman, ia memakukan segala pemikirannya yang sesat pada salib Kristus saja.
Artinya bahwa pikiran itu ditawan dan takluk kepada Kristus (2 Kor. 10:5).
Kita sendiri bagaimana?
Sudahkah kita memiliki pikiran Kristus, sehingga kita dapat memikirkan perkara sorgawi bukan duniawi? (1 Kor. 2;16; Fil. 4:8; Kol. 3:3).
Inspirasi: “Jangan lupa Getsemani, jangan lupa sengsara-Nya, jangan lupa cinta Tuhan” - seuntai hymne refrain, yang telah mengisi kekosongan memory banyak orang dari masa ke masa.