TRIBUNMANADO.CO.ID - Hawe (29) pria di Manado yang sehari-hari mengais di tempat pembuangan sampah Sumompo, Mapanget, Manado, Sulawesi Utara (Sulut), demi menghidupkan keluarga kecilnya.
Matahari belum menunjukkan sinarnya, pagi-pagi butah, Hawe sudah mulai beraktivitas.
Ditemani kabut bersama karung dipunggung serta sarung tangan, Hawe meninggalkan rumah sederhananya di Buha untuk pergi ke Tempat Pembuangan Sampah (TPA) Sumompo.
Hawe pergi bersama dengan istri dan satu anaknya.
Tak ada meja, alat tulis atau komputer laiknya ruang kerja, hanya tumpukan berton-ton sampah.
Bagi orang lain sampah merupakan sumber penyakit, tetap bagi dirinya disana ada sumber pendapatannya.
Setiap hari Hawe berjibaku memungut apapun yang bisa dijual seperti botol plastik, potongan almunium, besi yang sudah berkarat, karet dan lainya dimasukan ke dalam karung.
Matahari panas yang membakar tubuh, serta bau busuk sampah tidak membuat Hawe menyerah.
Pria satu orang anak ini dengan setia dan tekun melakukan pekerjaan, seakan-akan menerima gaji UMP.
Hawe, tahu pekerjaan ini berisiko tinggi karena rentan terkena penyakit dari sampah, tetapi demi kelangsungan hidup keluarganya ia lupa semua itu.
"Mau bagaimana lagi kalau tidak bekerja seperti ini, siapa yang akan menghidupi keluarga saya," kata Hawe saat ditemui di TPA Sumompo, Rabu (7/6/2023).
Hawe mengaku penghasilnya per dua minggu capai Rp 400 ribu.
"Kita timbang per kilo Rp 3 ribu, jadi per dua minggu ditimbang bisa capai Rp 400 ribu," tuturnya.
Sedangkan, dalam sebulan penghasilnya bisa capai Rp 1,4 juta.
"Kalau rejeki bagus satu bulan penghasilnya lumayanlah," ucapnya. (Edi)
Baca juga: Kecelakaan Maut Pukul 17.00 WIB, Seorang Wanita Tewas Mengenaskan Usai Terlindas Truk Trailer
Baca juga: Kecelakaan Maut Pukul 16.20 WIB, Pelajar SMP Tewas, Korban Senggol Mobil Avanza Lalu Tabrak Truk
Baca berita lainnya di: Google News.
Berita terbaru Tribun Manado: klik di sini.