Tak hanya piawai membidikkan kamera, Jerry Aurum juga sangat lihai mengelola perusahaannya.
Jerry memulai dari nol dengan bermodal 500 eksemplar kalender yang ia hiasi foto-fotonya.
Sebelum membuka usaha sendiri, ia sempat dua kali pindah kerja di dua perusahaan desain berbeda sebagai perancang grafis.
“Saat tiba di Jakarta, saya betul-betul buta kota ini. Bahkan jalur bis pun saya tak tahu. Padahal gaji saya waktu itu hanya 1,5 juta. Bayangkan saja bagaimana pergulatan hidup di kota ini,” katanya.
Akhirnya ayah satu anak inipun memutuskan memulai perjalanan dan peruntungannya empat bulan setelah ia menetap di Jakarta.
Di usia 24 tahun, ia mulai mengoperasikan Jerry Aurum Design and Photography dari sebuah rumah kecil berukuran 2.5 x 2.5 di pinggiran Jakarta.
Jerry memilih pasar premium sebagai sasarannya, pilihan yang tak main-main mengingat tantangan dan resiko yang sangat besar.
Kalender eksklusif yang ia buat sebagai modal itu sebagian ia pasarkan lewat teman-teman sealmamaternya di toko oleh-oleh Ganesha ITB.
“Separuhnya disebar secara gratis ke kenalan dan 300 perusahaan,” kenangnya.
“Masak dari segitu banyak, satu persen saja gak ada yang pesan?” katanya tentang perasaan yakin yang menetap di benaknya.
Upayanya menjaring peluang akhirnya menuai hasil, tawaran kerja datang dari lima klien.
Proyek pertamanya datang dari perusahaan perminyakan, Connoco Philips, yang memintanya terlibat dalam pemotretan kilang minyak di pedalaman Palembang selama tiga hari dengan nilai kontrak yang lumayan.
Keuntungan yang diperoleh dari pekerjaan yang nominal fee nya mencapai 45 juta itu lantas menjadi pijakan bagi Jerry untuk memantapkan posisi memasuki dunia usaha yang sesungguhnya.
“Sejak saat itu saya tidak pernah lagi memberi harga murah untuk pekerjaan yang saya lakukan,” katanya.
Menurut Jerry, pasar yang ia sasar adalah pasar premium yang juga tak pernah melihat harga.
Baca juga: Tangis Denada Pecah di Pelukan Dokter, Akhirnya Aisha Aurum Selesai Jalani Kemoterapi Leukemia