Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID – Sejarah masuknya agama Islam di Kota Manado, Sulawesi Utara, tak bisa dipisahkan dari sejarah berdirinya Masjid Agung Awwal Fathul Mubien pada tahun 1770.
Masjid tertua di Manado ini, lokasinya berada di bagian utara Kota Manado, tepatnya di Jalan Hasanuddin, Kelurahan Kampung Islam, Kecamatan Tuminting.
Berdiri di tanah dengan luas 1.000 meter persegi, masjid ini memiliki luas bangunan 672 meter persegi. Tiga lantai, dan bisa menampung 5.000 jamaah.
Masjid ini secara fisik bangunannya sudah mengalami enam kali renovasi.
Haji Abdullah Dien Ketua Badan Takmir Masjid Agung Awwal Fathul Mubien mengatakan, masjid ini merupakan yang paling tertua di kota Manado. Dibangun oleh para pedagang dari Arab dan Jawa.
"Masjid ini dibangun oleh para pedagang dari Arab dan Jawa, hal itu dibuktikan dengan SK dari kementerian Agama sampai sekarang masih ada," kata Abdullah kepada tribunmanado,co, id, Senin ( 27/3/2023).
Dia menjelaskan keunikan dari masjid ini yang pertama karena paling tertua di Manado, terus ada mimbar yang disimpan sudah berusia ratusan tahun dan sumur tua yang tidak pernah kering.
Abdullah juga mengungkapkan tahun 2016 saat direnovasi kembali yang meresmikan pada saat itu Megawati Soekarnoputri.
Renovasi Masjid Agung Awwal Fathul Mubien, kurang lebih memakan anggaran Rp 10 miliar.
Ia menambahkan, di bulan ramadan ini Masjid Agung Awwal Fathul Mubien menjalankan aktivitas ibadah puasa seperti biasanya.
"Alhamdulillah kita ibadah berjalan dengan baik, saat buka puasa kita terbuka untuk umum jadi siapa saja yang mau buka puasa boleh gabung sini," tutupnya.
Masjid Al Muttaqin
Masjid tertua kedua di Kota Manado adalah Masjid Al Muttaqin, didirkan pada tahun 1775.
Masjid ini berada di Kampung Pondol.
Nama Pondol sendiri adalah sebutan dalam bahasa Suku Bantik yang berarti ujung.
Disebut ujung karena kampung ini berada di pesisir pantai.
Pembangunan Masjid Al Muttaqin berawal dari kedatangan rombongan nelayan di tahun 1750 ke Kota Manado.
Mereka datang ke Manado atas titah dari Sultan Ternate yang ingin menyebarkan agama Islam.
Selain melakukan pekerjaan sehari-hari dengan pergi melaut dan menangkap ikan, para nelayan ini juga melakukan aktivitas dakwah.
Beberapa dari para nelayan ini adalah Mubaliqh (Pendakwah).
Lama-kelamaan penduduk muslim yang berada di Kampung Pondol, tempat para nelayan Ternate ini bermukin semakin banyak.
Maka pada sekitar tahun 1775 dibangunlah sebuah masjid yang diberi nama Masjid Al Muttaqin. (Edi/Ind)