TRIBUNMANADO.CO.ID, SITARO - Gunung Api Karangetang di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro), Sulawesi Utara, masih menunjukan aktivitas yang tinggi.
Hal itu tergambar jelas melalui pengamatan visual tertanggal 23 Februari 2023 tepatnya sekira pukul 05.22 Wita pagi tadi.
"Aktivitas guguran lava pijar masih tinggi dari puncak kawah utama," ungkap Ketua Pos Pengamat Gunung Api (PGA) Karangetang, Yudia Tatipang, melalui Whatsapp Grup Informasi Gunung Karangetang, Kamis (23/2/2023).
Lewat pengamatan visual juga diketahui arah luncuran lava pijar, yakni menuju ke Kali Kahetang, Kali Batuawang, serta Kali Batang di wilayah Siau Timur dan Siau Tengah.
Selain itu, guguran lava juga mengarah ke Kali Timbelang, Kali Beha Barat, Kali Pangi, dan Kali Nanitu di wilayah Kecamatan Siau Barat dan Siau Barat Utara.
Untuk jarak luncur dari puncak kawah utama ke Kali Kahetang dan Batuawang mencapai 1.500 meter, ke Kali Batang hingga 1.800 meter, serta Kali Pangi dan Kali Nanitu sepanjang 750-800 meter.
Baca juga: Sembunyikan Sabu di Celana, Pria Asal Sidoarjo Ditangkap Satresnarkoba Polresta Manado
Baca juga: LIVE STREAMING Manchester United vs Barcelona, Ini Link Nonton
Aktivitas guguran ini ditandai dengan bara api yang meluncur di sepanjang jalur guguran dengan asap kawah dua berwarna putih sedang lebih kurang 50 meter.
Sinar api juga terlihat lebih kurang 10 meter serta bara api yang teramati pada dinding kubah lava.
Masyarakat/pengunjung/wisatawan /pendaki tidak diperbolehkan beraktivitas dan mendekati area dalam radius 2,5 km dari kawah utama serta 3,5 km pada sektor selatan dan tenggara.
Masyarakat di sekitar Gunung Api Karangetang diharap tenang, tidak terpancing isu-isu tentang erupsi Gunung Api Karangetang, dan agar senantiasa mengikuti arahan dari BPBD Provinsi Sulawesi Utara dan BPBD Kabupaten Sitaro.
Pada musim hujan, masyarakat yang tinggal di sepanjang bantaran sungai yang berhulu dari puncak Gunung Api Karangetang agar mewaspadai bahaya sekunder berupa ancaman aliran lahar dingin.
Masih tingginya aktivitas gunung berketinggian 1.784 mdpl itu membuat pemerintah daerah masih menahan 76 warga Kola-Kola Kelurahan Bebali di lokasi pengungsian.