Sangihe Sulawesi Utara

Diprakarsai Rinny Tamuntuan, Program Mahie Mesuang Direalisasikan GMIST di Kepulauan Sangihe

Penulis: Nelty Manamuri
Editor: Isvara Savitri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pj Bupati Sangihe, Rinny Tamuntuan, yang turut menanam ubi kayu di lahan Jemaat Pengimpolongan Bengka, Kecamatan Manganitu, Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, Jumat (10/2/2023).

TRIBUNMANADO.CO.ID, SANGIHE – Program Mahie Mesuang yang artinya mari menanam akhirnya direalisasikan Pelayanan Keluarga Ibu Sinode GMIST.

Program ini direalisasikan dengan menggandeng Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kepulauan Sangihe.

Wujudnya adalah gerakan Perempuan GMIST Menanam di Lahan Jemaat Pengimpolongan Bengka, Kecamatan Manganitu, Sangihe, Sulawesi Utara, Jumat (10/2/2023).

Sebelumnya, gerakan ini diprakarsai oleh Penjabat Bupati Sangihe, Rinny Tamuntuan.

Rinny Tamuntuan yang turut serta dalam menanam sangat mengapresiasi aksi ibu-ibu GMIST.

Ia juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk memanfaatkan pekarangan rumah yang kosong.

Baca juga: Doa Setelah Sholat Magrib, Beda dengan Bacaan Sholat

Baca juga: Keluarga Minta Bantuan Hukum Kawal Kasus Pembunuhan Indo Sarapung di Tomohon Sulawesi Utara

"Mari kita memanfaatkan pekarangan rumah untuk menanam," ajak Rinny Tamuntuan di hadapan masyarakat Kecamatan Manganitu.

Rinny Tamuntuan juga menyinggung tanaman khas yang dimiliki masyarakat Sangihe dan harus terus dilestarikan.

"Sagu merupakan tanaman khas daerah kita (Sangihe). Ada juga kebutuhan pokok ubi yang saat ini akan kita tanam dan itu harus terus kita lestarikan," ungkap Rinny Tamuntuan yang juga merupakan Kepala Dinas Sosial Sulut.

Pj Bupati Sangihe, Rinny Tamuntuan, yang turut menanam ubi kayu di lahan Jemaat Pengimpolongan Bengka, Kecamatan Manganitu, Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, Jumat (10/2/2023). (Tribunmanado.co.id/Nelty Manamuri)

Orang nomor 1 di Tampungang Lawo ini juga, menyampaikan masyarakat harus membiasakan makan makanan khas Sangihe seperti sagu, ubi kayu, dan pisang sehingga tidak ketergantungan dengan nasi.

“Bukan karena harga beras yang semakin hari semakin naik, tetapi ini juga untuk kesehatan kita. Saya sendiri sudah dua bulan ini membiasakan diri untuk tidak mengkonsumsi nasi tetapi diganti dengan sagu, ubi kayu, dan pisang,” tutur wanita berdarah Minahasa tersebut.

Hal senada juga disampaikan Ketua Sinode GMIST, Pdt Welman Boba, yang mengajak semua warga GMIST untuk menunjang program pemerintah daerah.

Halaman
12

Berita Terkini