Ditambah, wewenang pengusungan capres dari PDIP ada di tangan Megawati.
"Hak prerogratifnya ada pada Megawati. Memang di internal PDIP kan konstruksi politiknya sudah kita pahami bahwa dari petinggi sampai katakanlah pejabat di struktural partai, dukungan itu mengarah ke puan," tegasnya.
Di sisi lain, Ganjar yang juga digadang-gadang menjadi capres 2024 dari PDIP dinilai oleh Ujang tidak disorot oleh Megawati.
Hal tersebut nampak dari hampir dua jam Megawati berpidato, tidak disebut nama Ganjar sedikitpun.
Bahkan, dalam acara tersebut, Ganjar tidak diperlakukan spesial dengan bukti tidak berada di barisan kursi terdepan.
Hal ini, kata Ujang, diduga bentuk pengesampingan Ganjar dalam struktural PDIP agar Puan yang menjadi sorotan publik.
"Ganjar di internal itu dipinggirkan, di eksternal banyak yang dukung karena memang polanya seperti itu, karena di internalnya ada Mbak Puan."
"Kalau ada capres lain kan itu ibaratnya seperti ada matahari kembar yagn tidak boleh bersinar di partai, biar saja sinarnya di luar," tukasnya.
Kendati demikian, Ujang mengatakan masih terlalu dini untuk menyimpulkan sinyal-sinyal tersebut lantaran politik itu dinamis.
"Politik selalu berubah, selalu dinamis. Hari ini mungkin seperti itu, ke depan kita nggak tahu. Itu yang sulit dipelajari di politik," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)(YouTube Kompas TV)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com