Penjara tersebut merupakan bagian dari benteng besar yang dibangun menghadap laut.
"Waktu itu, ada rivalitas antara Spanyol dan Portugis, benteng itu dibangun untuk mencegah ekspansi Spanyol," kata dia.
Benteng itu dibuat menurut model benteng yang umum saat itu, di mana penjara berada di bagian belakang, sedang di depan terdapat meriam.
Ismet menunjuk bagian depan penjara yang kini jadi pemukiman penduduk sebagai bekas benteng.
"Bekas pondasinya masih ada," kata dia.
Diceritakannya, benteng itu luluh lantak oleh meriam dari kapal perang Belanda.
Namun penjara itu tak ikut hancur karena berada di bagian belakang benteng.
Pemboman besar-besaran itu mengakhiri era Portugis, kemudian Belanda berkuasa hingga 300 tahun kemudian.
Penjara itu sudah jadi momok bagi setiap penjahat perang di zaman Portugis.
Terlebih di zaman Belanda yang punya banyak musuh, baik dari negara asing maupun warga sekitar.
"Penjara itu jadi tempat tahanan terakhir sebelum dieksekusi, yang ditahan di sini adalah tokoh politik serta pemberontak. Jika masuk ke sini hampir bisa dipastikan nyawanya tak bisa selamat," cerita dia.
Bentuk penjara yang sempit, ruangan yang kaku, ditambah sikap kejam penjaga penjara melemahkan semangat tahanan, hingga mereka seolah-olah sudah mati dulu sebelum benar-benar dieksekusi.
Salah satu pejuang yang pernah merasakan kerasnya pPenjara Tua Kema adalah Imam Bonjol.
Pejuang dalam Perang Padri ini ditahan bersama 10 pengikutnya, dan tak lama kemudian dibawa ke Pineleng.
"Di sinilah ia ditawan," kata dia sambil menunjuk sel kanan yang pintunya dicat aspal ter.
Baca juga: Lirik Lagu Aku Bukan Dia - Andre Mastijan: Jangan Samakan Aku dengan Dia, Aku Bukan Dirinya
Baca juga: Sedang Buat Kue Natal, Perempuan di Bitung Sulawesi Utara Tak Tahu Rumahnya Terbakar
Kengerian Penjara Tua Kema berlanjut di zaman Perang Dunia II, ketika banyak orang Belanda dijebloskan ke sana oleh Jepang lantas dibunuh.
Karim Ombinggo, penjaga penjara sejak tahun 1960, mengaku mengalami kejadian aneh sewaktu pertama menjaga penjara itu.
"Ada suara orang menjerit kesakitan seperti dipukul, lalu suara kera," ujarnya.
Malam berikutnya, kembali ia mendengar suara itu.
Mulanya ia takut, namun lama lama-lama terbiasa.
"Saya sudah sering mendengar itu," kata pria yang sudah menjadi PNS ini.
Menurut Karim, tempat itu sudah jadi objek wisata, yang banyak dikunjungi wisatawan.
"Banyak turis yang kagum dengan penjara ini, mereka tahan berlama-lama di sini, meski yang ada hanya ruang kosong," ucapnya.(*)
Baca berita lainnya di: Google News.
Berita terbaru Tribun Manado: klik di sini.