Bolmut Sulawesi Utara

Waspadai DBD, Dinkes Bolmut Sulawesi Utara Minta Masyarakat Aktif Lakukan Metode 3 M Plus

Penulis: Alpri Agogoh
Editor: Isvara Savitri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Bolmut, Febrianto Lumoto

Tomo, salah satu petani jagung di Desa Mokoditek, mengaku petani rata-rata belum mau menjual hasil panen jagung karena harganya turun.

"Haraganya jagung turun. Belum lagi, saat ini harga pupuk sangat mahal," ujar Tomo, Jumat (2/12/2022).

Menurutnya, hasil panen yang diperoleh petani kadang tidak sesuai dengan biaya produksi.

Ia membeberkan, saat ini merupakan musim tanam bagi petani.

"Ini berdampak pada produksi jagung melimpah yang berimbas pada turunnya harga jual," katanya.

Baca juga: Ramalan Zodiak Besok Rabu 7 Desember 2022, Virgo Ada Kejutan, Capricorn Gelisah

Baca juga: Tiarani Savitri Raih Gelar Sarjana, Mulan Jameela: Insya Allah Ilmunya Bermanfaat

Masalahnya, dengan harga jual Rp 2.800-Rp. 2.900 per kilogram, petani rugi.

Hasil penjualan tidak bisa menutupi biaya produksi.

‘’Angkanya jauh, padahal rata-rata petani meminjam uang bank. Belum lagi untuk kelanjutan hidup satu tahun ke depan, kemudian modal untuk musim tanam berikutnya,’’ungkapnya.

Ia berharap harga jual jagung itu sekitar Rp 3.400-Rp 3.500 per kilogram, supaya ada keuntungan bagi petani.

Saat ini, petani memilih menjual jagung mereka langsung ke perusahaan.

Hasil panen jagung di Desa Mokoditek, Bolmut, Sulawesi Utara. (Tribunmanado.co.id/HO)

Hal tersebut karena harga belinya agak tinggi, yaitu Rp 3.100 per kilogram.

Meski tidak ada untung, paling tidak mereka tidak rugi banyak.(*)

Baca berita lainnya di: Google News.

Berita Terkini