Piala Dunia 2022

Kisah Kampung Argentina di Manado, Bermula dari Piala Dunia 1986, Ironisnya Setiap Hujan Warga Sedih

Penulis: Indry Panigoro
Editor: Indry Panigoro
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Maradona, dan Kisah Kampung Argentina di Manado

Di tengah - tengah kondisi  mencekam itu, humor terdengar sana sini.

"Napa PBB somo turung kata," celetuk seorang pria yang disambut tawa beberapa wanita.

"Ele Pemkot belum datang no PBB," sambung seorang pemuda.

Humor dalam suasana banjir itu, menurut Niko, aparat kelurahan tersebut, dikarenakan warga sudah menganggap banjir sebagai saudara kandung.

"Banjir di sini sudah tak bisa dihitung lagi," kata dia.

Ia mengestimasi banjir besar dan kecil dalam setahun bisa mencapai puluhan kali.

"50 kali?" tanya Tribun.

"Bisa," jawabnya.

Sebut dia, banjir terakhir terjadi bulan lalu.

Banjir di Kampung Argentina, Kota Manado, Sulawesi Utara. (Tribunmanado.co.id/Isvara Savitri.)

Tak separah kali ini.

Dalam buku sejarah banjir kampung argentina, ia menyebut, banjir kali ini masik kategori sedang.

Banjir terparah, terjadi pada 15 Februari 2014 lalu.

"Kala itu air lewat tiang listrik, anda bayangkan saja," kata dia.

Ia berpendapat, seringnya kampung itu kebanjiran karena posisinya di samping sungai serta di dataran rendah.

Daerah keliling kampung itu memang berada di dataran tinggi.

Halaman
1234

Berita Terkini