Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Maikel dan Yunita adalah suami istri dari Desa Wiau Lapi kecamatan Tareran, Minahasa Selatan, Sulawesi Utara.
Sudah lebih dari 10 tahun menjalankan usaha pengolahan Captikus.
Captikus merupakan minuman tradisional orang Minahasa Sulawesi Utara.
Minuman ini mengandung alkohol dikisaran kadar 40 hingga 50 persen.
Mereka membuat tempat pengolahan Captikus dengan cara tradisional.
Yakni hanya di belakang rumah tidak jauh dari lokasi pemukiman warga.
Kepada Tribun Manado, Yunita menjelaskan proses pembuatan Captikus.
Awalnya, Maikel suaminya mengambil Saguer ( air nira ) terlebih dahulu di pohon seho ( pohon enau ). Proses ini dikenal dengan sebutan Ba Tifar.
Selanjutnya, air nira atau saguer dikumpulkan lalu diendap.
Selanjutnya, saguer tersebut dimasukkan ke dalam wadah untuk dimasak.
"Nantinya uapnya bisa masuk ke pipa-pipa bambu yang sudah kami buat sehingga yang awalnya uap, bisa kembali menjadi cair itulah captikus kami tampung lagi kedalam galon, " ujar Yunita saat diwawancarai Tribun Manado, Sabtu (29/10/2022).
Dalam sepekan Maikel dan Yunita mengolah atau memasak captikus 3 kali.
Dari penyulingan 120 botol saguer (@ 600 ml) menghasilkan 26 botol Captikus.
"Sampai saat ini kami masih menjual eceran, ada pedagang yang datang ambill langsung disini. Untuk satu galon kami jual dengan harga 500 ribu," kata Maikel.
Mereka sangat bersyukur dengan usaha pengolahan Captikus mereka bisa memenuhi kebutuhan keluarga.