TRIBUNMANADO.CO.ID - Rasa gula yang manis membuat banyak orang menyukainya.
Makanan tawar jadi lebih enak karena gula. Selain itu, gula juga bisa menambah energi untuk tubuh.
Namun, sebagian orang menghindari gula supaya tidak terkena diabetes atau alasan kesehatan lainnya.
Sama juga dengan Minuman dan makanan manis menjadi pilihan kudapan menarik bagi siapa saja.
Baca juga: Pengamat: Anies Mulai Dekati Parpol Lain, Puan Bisa Langsung Diusung PDIP, Prabowo Butuh PKB
Ketika senang, kita ingin makan manis dan saat merasa sedih, sebagian orang juga melampiaskannya dengan makanan manis mengandung banyak gula.
Walaupun begitu, makanan manis tinggi gula sering disebut tidak sehat.
Berbagai opini dan asumsi tentang gula pun bermunculan, sehingga banyak mitos yang tidak benar mengenai si pemanis makanan atau minuman ini.
Apa saja mitos tentang gula?
1. Gula bersifat adiktif
Beberapa ahli berpendapat bahwa gula bersifat adiktif.
Pendapat ini berdasar pada sebuah narasi yang menyebutkan bahwa gula menyebabkan efek seperti obat pada hewan.
Efek yang dimaksud adalah keinginan untuk memakan kudapan manis, ketagihan, hingga efek opioid.
Sayangnya, lebih banyak penelitian yang mematahkan narasi tersebut.
Kondisi seperti ketagihan terhadap gula ternyata hanya terjadi dalam angka yang rendah pada pasien obesitas.
Namun, bukanlah mitos apabila efek gula sebenarnya adalah dapat menimbulkan rasa ingin makan lebih banyak, melebihi yang dapat diterima tubuh.
Selain itu, gula memang menimbulkan efek psikologis, seperti menimbulkan rasa bahagia, namun bukan ketagihan.
2. Gula membuat anak hiperaktif
Pernah mendengar istilah “sugar rush” pada anak? Istilah “sugar rush” digunakan untuk menjelaskan kondisi ketika seseorang sangat aktif setelah mengonsumsi gula.
Ternyata ini adalah mitos.
Konsumsi gula atau pemanis akan meningkatkan kandungan gula dalam darah yang harus dipecah oleh tubuh dan diolah menjadi energi.
Ini membuat otot dan organ tubuh harus menggunakan gula tersebut untuk beraktivitas.
Hal yang sama terjadi ketika seseorang mengonsumsi makanan lain, sekalipun tidak mengandung gula.
Jadi gula dianggap dapat membuat anak menjadi hiperaktif adalah mitos belaka.
3. Gula menyebabkan diabetes
Sebenarnya, gula tidak secara langsung menyebabkan penyakit diabetes, artinya makan makanan manis tidak langsung menyebabkan kelainan pada gula darah.
Penyebab utama diabetes adalah ketika tubuh tidak mampu memproduksi insulin yang cukup atau bahkan tidak bisa memproduksi sama sekali.
Hormon insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh pankreas dan berfungsi untuk menyerap gula dalam darah.
Gula adalah faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan terkena diabetes.
4. Jika sedang diet, tidak boleh konsumsi gula
Gula memang tidak baik untuk kesehatan.
Namun, bukan berarti kita tidak boleh mengonsumsi pemanis ini sama sekali.
Masih ada beberapa sumber gula yang baik, seperti buah-buahan.
Gula dalam buah tidak memberikan efek negatif pada tubuh, justru memberikan banyak manfaat karena mengandung serat dan vitamin yang diperlukan tubuh.
5. Gula menyebabkan kanker
Tidak ada bukti ilmiah bahwa gula menyebabkan kanker.
Namun, kanker memang memerlukan energi untuk memperbanyak diri.
Energi tersebut didapatkan dari gula, lemak, dan protein.
Perlu diketahui bahwa sel yang memerlukan energi tersebut tidak hanya sel kanker, namun juga sel yang sehat.
Itu dia mitos tentang gula yang banyak beredar di masyarakat.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com