Sebelumnya, dana APBD untuk revitalisasi trotoar mencapai Rp 1 triliyun. Namun, dana tersebut dipangkas pada tahun 2019, sehingga hanya bisa memakai dana sebanyak Rp 400 milyar.
"Pada saat pandemi Covid-19, dialihkan dahulu untuk kesehatan dan sosial, sehingga kami hanya dapat Rp 50 milyar. Kami buat skala prioritas, kawasan mana saja yang perlu dibangun," ungkapnya.
Namun, dijelaskan Hari, pembangunan trotoar tersebut tidak hanya menggunakan APBD saja, melainkan ada dana lain yang sesuai ketentuan diatur dalam undang-undang.
Hari mengatakan, dampak revitalisasi kini mulai terasa. Per-tahun 2022, jumlah perpindahan orang dari satu tempat ke tempat lain mencapai 60 persen.
Sementara jumlah masyarakat yang beralih memakai kendaraan umum, mencapai 20 hinga 30 persen.
Hingga akhir 2022, Dinas Bina Marga Jakarta menargetkan revitalisasi trotoar sepanjang 22,740 kilo meter.
"Tugas kami masih jauh, sehingga butuh dukungan dan partisipasi dari banyak pihak," kata Hari.
Sebagai informasi, beberapa kawasan yang mendapat revitalisasi trotoar, di antaranya kawasan Gelora Bung Karno Senayan, kawasan Kebayoran Baru (Blok M, Barito, dan Melawai), kawasan Jalur MRT (Bundaran Patung Pemuda sampai Stasiun Fatmawati), kawasan Lapangan Banteng, Masjid Istiqlal, Pasar Baru, Tugu Tani, Wahid Hasyim, Simpang Sarinah sampai Tanah Abang, beberapa lokasi RTH, Tebet Eco Park, Lebak Bulus, Senayan, Panglima Polim, dan Kramat Jati.