Namun lagi-lagi, agency Upi tidak dapat membantu banyak.
"Aku dulu juga pernah minggat ke tempat agency, aku udah pernah ke sana sendiri jalan kaki, saking seringnya dilaporain ke agency, aku sampai tau tempatnya," kata Upi.
"Aku di sana ngadu semua ke agency, tapi ya agency ga bisa bantu aku. Padahal di sana aku sering mengalami kekerasan fisik, dari dipukul pakai rotan, dipukul pakai tangan, sering banget aku," ungkap Upi.
TKI perempuan ini juga mengatakan bahwa saat bekerja di rumah majikannya tersebut, berat badan Upi turun drastis.
"Jadi di sana berat badan dari yang 47 kg pas berangkat awal dari Indonesia, di rumah itu aku cuma punya berat badan 40 kg, turun drastis banget," ucap Upi.
"Memang begitulah pengalaman pahit banget pas pertama kali kerja di Taiwan tahun 2011 akhir sampai 2014 akhir," tambah TKI perempuan tersebut.
Meski saat kontraknya habis dan Upi sempat kembali ke Tanah Air untuk beberapa waktu, namun diakui Upi, ia tidak kapok sama sekali.
Upi kembali bertekat untuk kembali lagi ke Taiwan dan mencari majikan yang baru.
Saat ini, Upi bekerja sebagai ART dan juga menjaga seorang lansia berjenis kelamin perempuan.
Dan ia telah bisa menikmati pundi-pundi uang dari hasil kerja kerasnya tersebut.
"Di sini kerjanya lumayan capek, tapi alhamdulillah itu kalau masalah makan mereka menghargai aku," kata Upi.
"Jadi meskipun mereka masak daging babi, tapi aku di sini bebas, dan uang gaji pun dikasih full, dikasih cash ke aku, jadi aku bebas beli makanan apa aja yang aku suka," ujar Upi.
( Posbelitung.co/Fitri Wahyuni)
Artikel ini telah tayang di PosBelitung.co