TRIBUNMANADO.CO.ID, BITUNG – Di tengah carut marut kenaikan tarif angkutan kota (angkot) atau mikro di Kota Bitung, Provinsi Sulawesi Utara, ini pendapatan atau penghasilan sopir.
Dalam podcast mobile yang dilakukan Tribunmanado.co.id, di dalam mikro yang sedang mengangkut penumpang, diperoleh informasi sopir harus setor ke pemilik mikro Rp 100 ribu per hari.
Lalu, bahan bakar minyak (BBM) atau bensin didalam mobil harus sama jumlahnya dengan jumlah awal ketika sopir mengambil atau mengluarkan mikro dari garasi.
“Jadi uang besin dan gaji kami lebih dari Rp 100 ribu, di luar jumlah setoran Rp 100 ribu,” kata sopr mikro bernama Ade Turangan, Senin (5/9/2022).
Jadi jika dikalkulasikan pendapatan sopir mikro, dalam sehari lebih dari Rp 200 ribu didapat dari pagi sampai hingga pukul 22.00 Wita dengan mencari penumpang Senin-Minggu.
Menurut Ade, kenaikan Rp 7 ribu untuk tarif penumpang dewasa dan Rp 6 ribu untuk siswa, sudah tepat.
Baca juga: Ternyata Tiga Kapolda Belum Diperiksa Soal Kematian Brigadir J, Timsus Polri Fokus ke Hal Ini
Baca juga: Berita Duka, Reza Gunawan, Suami Dee Lestari Meninggal Dunia. Sebulan Lebih Terkena Stroke.
Harga BBM bersubsidi jenis Pertalite sebelum naik adalah Rp 7.650 per liter.
Berikut daftar BBM bersubsidi pasca naik:
Harga Pertalite dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10 ribu per liter.
Harga Solar subsidi dari Rp 5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter.
Harga Pertamax dari Rp 12.500 menjadi Rp 14.500 per liter.
Kenaikan harga BBM katanya, tidak berpengaruh terhadap penumpang yang baik di mikro.
Baca juga: Akhirnya Terungkap Alasan Deolipa Yumara Gugat Komnas HAM dan Komnas Perempuan: "Lembaga Berbahaya"
Baca juga: Sosok Reza Gunawan Suami Dewi Dee Lestari, Dikenal Sebagai Pakar Penyembuhan Holistik
Sejak harga naik pada Sabtu pekan lalu, volume penumpang masih normal dengan tarif lama mikro Rp 5 ribu.
Kemudian mulai Minggu (4/9/2022), tarif mikro naik menjadi Rp 7 ribu.
Di sisi lain, masih banyak ditemukan penumpang yang hanya membayar Rp 5 ribu, dan mau tidak mau sopir harus menerimanya.
Faktor kenaikan harga BBM bersubsidi belum seiring dengan kenaikan harga onderdil kata Ade.(*)