TRIBUNMANADO.CO.ID, BOLMONG - Di usianya ke 14, Bunga (bukan nama sebenarnya, -red), ditinggal sang ibu.
Ibunya meninggal, menyusul ayah Bunga yang sudah meninggal 5 tahun sebelumnya.
Bunga pun menjadi yatim piatu.
Suratan takdir membawanya tinggal di sebuah panti asuhan di Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara.
Dirawat di panti asuhan itu, keluarga yang masih tersisa punya harapan besar pada Bunga.
Mereka memimpikan Bunga dapat cepat move on, menyongsong masa depan bahagia, unggul dalam pengetahuan, dan kuat dalam iman.
Maklum saja, pengasuh panti asuhan itu adalah seorang Gembala atau Pendeta berinisial FP (46).
Istri FP pun berprofesi pewarta firman.
Namun harapan tinggal harapan, yang indah dalam angan-angan, tapi menyakitkan dalam realitas.
Bukannya move on, Bunga malah kian depresi.
Ia diduga jadi korban pelecehan seksual dan penganiayaan yang diduga dilakukan FP.
Bunga mengalami pukulan batin.
Harga dirinya hancur dan ia merasa jadi orang paling malang di dunia.
Dalam periode hidupnya yang paling gelap, ia nyaris mengakhiri hidup.
Baca juga: Ini Kata Pengamat Ekonomi Sulawesi Utara Soal Dampak Kenaikan Harga BBM
Baca juga: Putri Sambo Disebut Alami Pelecehan, Keluarga Brigadir J Duga Ceritanya Mirip Kisah Nabi Yusuf
Jika hidup adalah penderitaan, lebih baik ia mati menyusul ayah dan ibunya.