Berita Bitung

Wali Kota Bitung Bertemu Pemangku Adat Danuwudu, Makan di Daun Pisang dan Minum di Bambu

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kearifan lokal makan di daun pisang dan minum di bambu, dijumpai pada pelaksaan ibadah syukur HUT ke 114 Negeri Adat Danowudu Kota Bitung Provinsi Sulut.

Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Lembaran duan pisang warna hijau, menghiasi sebuah meja panjang dan meja bulat.

Pada bagian atas meja, dapat kita temukan jejeran bambu kecil dan besar serta keranjang dari anyaman bambu.

Pemandangan unik dan menarik tersebut, adalah bagian tak terpisahkan dari ramah tamah atau makan bersama pemangku adat Negeri Danowudu, pemerintah kota Bitung serta tamu undangan.

Pada puncak Ibadah Syukur Hari ulang tahun (HUT) ke 114 Negeri Danowudu di Kelurahan Danowudu Kecamatan Ranowulu, Kota Bitung Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), Rabu (11/5/2022) malam.

Dua meja itu disertai dengan tempat duduk. Adapula beberapa meja lainnya, untuk masyarakat Negeri Adat Danowudu yang hadir dalam bangsal atau tenda pelaksanaan ibadah syukur HUT ke 114 Negeri Danowudu.

Ibadah Syukur dipimpin oleh, enam dedominasi Agama yang ada di Negeri atau Kelurahan Danowudu Kecamatan Matuari berlangsung khitmat.

Usai pelaksanaan ibadah syukur dan pengukuhan seorang pemangku adat negeri Danowudu atas nama Herman Lontaan, menggatikan mendiang almarhum Benny Tengker pemangku adat sebelumnya.

Momen yang dinantikan pun tiba, tamu undangan yakni Wali kota Bitung yang juga Tonaas Wangko Um Banua Maurits Mantiri, Plh Sekda Kota Bitung Forsman Dandel.

Hadir pula Asissten I Setda Kota Bitung yang juga Tonaas Majelis Kebudayaan Minahasa (MKM) Kota Bitung serta tamu undangan lainnya.

Dijamu makan malam di tempat unik dan menarik, yang disiapkan Tim Kerja diketuai Yantje Tengker serta Pemangku Adat Negeri Danowudu.

Mereka menikmati menu yang disiapkan, makan diatas daun pisang dan minum di bambu. 

Pemandangan menarik lainnya, dari sekian banyak menu yang ditampilkan nampak ada nasi bungkus dari beras dan campuran beras dan gagung atau milu.

Lalu untuk minumannya, disiapkan minuman khas Minahasa yaitu saguer original dan campur buah durian.

Saguer adalah minuman yang dihasilkan dari pohon aren, dan merupakan satu kearifan lokal yang selalu kita jumpai disaat perayaan HUT Negeri Danowudu Kota Bitung, serta kegiatan adat suku Minahasa di Sulawesi Utara lainnya.

“Ini luar biasa, kearifan lokal seperti ini masih terpelihara," ujar Maurits saat diwawancarai usai mengikuti kegiatan Rabu malam.

Maurits mengatakan, dirinya selaku pemerintah dan Tonaas Wangko Um Banua berpesan kepada pemangku adat, pemerintah setempat dan masyarakat agar terus melestarikan budaya.

"Terus menjaga dan melestarikan hal-hal seperti ini agar tidak hilang alias musnah,” kata Wali Kota Bitung Maurits Mantiri.

Lanjut Maurits Mantiri, kearifan lokal dalam adat suku Minahasa seperti ini minum di bambu dan makan di daun pisang, turun temurun dari nenek para leluhur.

"Sehingga generasi kini harus jaga dan lestarikan adat dan budaya yang ada di Kota Bitung," ujarnya. 

Berbicara tentang adat dan budaya di negeri Danowudu, Maurits Mantiri ingat butul dengan sosoka almarhum Benny Tengker sebagai pemangku adat Negeri Danowudu yang punya andil besar terhadap kebudayaan Minahasa.

Tak jarang sosok yang kerap disapa dengan panggilan Benteng, selalu mensuport yang namanya kegiatan kebudayaan baik di Negeri Danowudu, Kota Bitung, Sulawesi Utara dan Indonesia.

Maka dari itu, lewat momentum HUT ke 114 Negeri Danowudu, kenanganan dan apa yang telah diwariskan para leluhur harus dilanjutkan sampai kapanpun juga. 

"Kiblat negeri adat ada di Danowudu, kegiatan duka maupun kegiatan apapun identik dengan adat serta budaya," ujar dia. 

Untuk itu, ia menganjurkan agar lagu Mars Danowudu selalu dinyanyikan saat ada kegiatan suka maupun duka. 

"Bantu sosialisasikan ke seluruh tenaga harian lepas di wilayah Danowudu oleh pemangku adat dan masyarakat agar bisa diingat selalu dan dinyanyikan,” kata dia.

Sementara itu Lodewyk Kiroyan, Ketua Pemangku Negeri Adat Danowudu tidak menampik adanya kearifan lokal pada ibadah syukur HUT ke 114 Negeri Adat Danowudu.

Menurut Lodewyk Kiroyan, kearifan lokalnya tak hanya  makan di atas daun pisang dan minun di bambu melainkan para pemangku ada menggunakan pakaian adat.

“Ini sedikit menggali kearifan lokal, yang telah diwariskan oleh para leluhur, sesepuh dan titipan dari perintis negeri ini.

Meskipun suasanya sudah tidak seperti dulu kala, berlangsung di tengah hutan. Tapi kali ini warisan atau kebiasaan para pendahulu masih ada,” kata Lodewyk Kiroyan.

Permintaan Terakhir Mama Dahlia Ibunda Kiki Farrel Sebelum Meninggal, Selalu Bilang Tak Kuat

Kapolda Tak Puas Diri, Angka Kecelakaan di Sulut Kondusif: Ciptakan Keamanan Dalam Negeri

Informasi Harga Pertamax Hari Ini, di Sulawesi Utara Dijual Rp 12.750 per Liter

Berita Terkini