Stephen Tong

Kisah Stephen Tong, Pendeta Pengritik Keras Gerakan Karismatik, Pendiri Gereja Reformed Injili

Penulis: Rhendi Umar
Editor: Rhendi Umar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pendeta DR Stephen Tong

Singapura (Trinity Theological College), Westminster Theological Seminary, Regent College, Columbia University, University of California at Berkeley, Stanford University, University of Maryland, dan Cornell University. Ia menyampaikan kotbah dalam bahasa Indonesia, Mandarin, dialek Fujian, dan Inggris.

Pendidikan

Stephen Tong memperoleh gelar Bachelor Degree in Theology  dari Seminari Alkitab Asia Tenggara (SAAT) di Malang, Indonesia, di mana ia kemudian melayani di fakultas dan mengajar teologi dan filsafat selama 25 tahun.

Pada tahun 1985, Stephen Tong dianugerahi gelar doktor kehormatan dalam kepemimpinan dalam penginjilan Kristen dari La Madrid International Academy of Leadership di Manila, Filipina.

Pada bulan Mei 2008, ia menerima gelar kehormatan Doctor of Divinity dari Westminster Theological Seminary, Philadelphia, USA.

Karier musik

Selain sebagai pendeta, Dr. Tong juga dikenal sebagai salah satu konduktor musik.

Sejak kecil, ia memiliki sensitivitas yang sangat tinggi terhadap segala bentuk seni, termasuk musik, lukisan, arsitektur, dan seni pahat.

Ia mengamati dan mempelajari seni-seni tersebut sejak kecilnya secara otodidak.

Ia telah menciptakan musik sejak usia 16 tahun dan memimpin oratorio sejak umur 17.

Sejak saat itu, ia telah memimpin oratorio dan musik gerejawi baik di Seminari Alkitab Asia Tenggara maupun gereja-gereja yang ia layani.

Pada tahun 1986 ia mendirikan Jakarta Oratorio Society yang melakukan penampilan di Jakarta dan di kota-kota besar lainnya di Indonesia, Singapura, Kuala Lumpur, Hong Kong, Taiwan, dan Malaysia. Konser-konser tersebut dihadiri oleh ribuan orang dan mendapatkan sambutan yang positif.


Stephen Tong (isitmewa)

Ia memecahkan rekor pada 1985 dengan menarik 27.000 pengunjung pada konser di tujuh kota (Malang, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Solo, Bandung, dan Jakarta) untuk memperingati seratus tahun J.S. Bach dan G.F. Handel.

Konser tur tersebut menuai banyak pujian dari berbagai kritikus dan pecinta seni.

Halaman
123

Berita Terkini