HUT RI

Soekarno: 'Ini Leherku, Seretlah Saya ke Pojok Itu dan Potonglah Malam Ini Juga' di Rengasdengklok

Editor: Frandi Piring
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Cerita sejarah Perisriwa Rengasdengklok. Soekarno marah saat mendengar ancaman dari golongan muda dan meminta mereka membunuh dirinya saja.

Ketegangan golongan tua dan golongan muda

Dikutip dari artikel Kompas.com yang berjudul “Hari Ini dalam Sejarah: Soekarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok”, pada 15 Agustus 1945 golongan muda melakukan rapat di Ruang Laboratorium Mikrologi di Pegangsaan Timur membicarakan pelaksanaan proklamasi tanpa menunggu pihak Jepang.

Ketegangan antara golongan tua dan golongan muda muncul dalam menyikapi peristiwa kekalahan Jepang dari Sekutu.

Perbedaan pandangan tentang kapan waktu yang tepat mengumumkan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia antara golongan muda dan golongan tua itulah yang melatarbelakangi ketegangan tersebut.

Kala itu kabar penyerahan Jepang masih abu-abu. Belum ada konfirmasi dari otoritas Jepang di Jakarta.

Pemerintah Jepang dengan tegas melarang penduduk Indonesia mendengarkan radio luar negeri. Sehingga, kabar kekalahan Jepang sulit ditembus rakyat Indonesia.

Berkat keuletan para pemuda terutama yang bekerja di kantor berita Jepang, maka informasi mengenai pidato Kaisar Hirohito tentang Jepang menyerah tanpa syarat ke Sekutu dapat sampai ke Indonesia.

Peristiwa Rengasdengklok sebelum Proklamasi RI 17 Agustus 1945 (id.wikipedia.org)

Menurut golongan muda Indonesia, kekalahan Jepang itu adalah waktu yang tepat untuk Indonesia merdeka. Golongan muda Indonesia mendesak agar proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia segera dilakukan.

Dilansir situs Kementerian Sekretariat Negara Rapublik Indonesia, para pemuda ini berseru kepada Bung Karno.

"Sekarang Bung, sekarang! Malam ini juga kita kobarkan revolusi!" kata Chaerul Saleh.

Dia juga menyakinkan Bung Karno bahwa ribuan pasukan bersenjata sudah siap mengepung kota dengan maksud mengusir tentara Jepang.

“Kita harus segera merebut kekuasaan!" tukas Sukarni berapi-api.

"Kami sudah siap mempertaruhkan jiwa kami!" seru mereka bersahutan.

Bahkan, Wikana malah berani mengancam Soekarno.

"Jika Bung Karno tidak mengeluarkan pengumuman pada malam ini juga, akan berakibat terjadinya suatu pertumpahan darah dan pembunuhan besar-besaran esok hari," ucap Wikana.

Halaman
1234

Berita Terkini