TRIBUNMANADO.CO.ID, Manado -- Meski masih jauh, namun Partai NasDem diprediksi bakal menjadi kandidat kuat di Pemilu 2024.
Termasuk di Sulawesi Utara, Partai Pimpinan Surya Paloh ini cukup diperhitungkan, baik di legislatif ataupun di perebutan eksekutif.
Lantas bagaiamana kekuatan NasDem Sulut di Pemilu 2024 nanti?
Menurut Akademisi Unsrat Josef Kairupan konstalasi politik mengalami progress yang sangat cepat.
Apalagi prrediksi-prediksi awal kenyataannya banyak juga yang meleset.
Di mana kekuatan Nasdem dalam kancah politik nasional saat ini cenderung mengalami kemunduran jika dinilai dari aspek kekuasaan yang berhasil diraih dari hasil pilkada 2020 lalu.
"Disaat awal Pilpres 2019 Nasdem lebih condong untuk memilih sebagai partai oposisi walaupun pada kenyataannya Nasdem sempat mendapatkan jatah kabinet masa pemerinthan periode pertama Jokowi. Hal ini bisa menjadi pembentukan opini positif untuk menarik perhatian publik bagi Nasdem, apalagi tidak ada partai lain dalam koalisi pemerintah melakukan hal ini," nilainya
Pada kenyataannya partai koalisi pemerintah akan kehilangan daya kritisnya untuk melihat kebijakan pemerintah secara objektif karena adanya transaksi politik.
Dengan mendapatkan jatah dalam kabinet, sehingga Nasdem mencoba memperlihatkan kepada publik bahwa Partainya berbeda dan jauh dari pandangan negatif tersebut.
"Langkah ini dapat saja menjadi langkah antisipatif jika performa politik dan pemerintahan dari Jokowi-Ma'ruf buruk, maka secara politik yang cenderung akan mendapat insentif elektoral yang melimpah adalah partai oposisi," jelas Dosen Fispol Unsrat ini.
Di sisi lain, Kairupan menilai, NasDem tampak kurang nyaman dengan kehadiran figur Megawati, Prabowo dan Luhut Binsar Pandjaitan di dalam pemerintahan saat ini.
Namun sayangnya pertaruhan kekuasaan di Pilkada 2020 Nasdem banyak kehilangan kekuasaan untuk meraih kemenangan.
Sehingga hal ini dapat saja menjadi paramater awal bagi Nasdem untuk berbenah diri memperbaiki kekurangan-kecuranhan disaat Pilkada.
"Utamanya harus mampu, jeli, cermat dan selektif memilih kadernya yang akan dijual kepada publik. Karena pengalaman Pilkada baru-baru ini kesan yang muncul adalah Nasdem sepertinya tidak memiliki kader baik secara kuantitas maupun kualitas. Sehingga figur yang diusung tidak mampu memenuhi aspek akseptabilitas publik," terang Kairupan seraya mengatakan kader-kader Nasdem yang saat ini duduk di kursi Parlemen baik pusat maupun didaerah harus menunjukkan kualitas dan marwah partai.
"Agar publik dapat dengan jelas mengerti dan mengenal arah perjuangan Partai Nasdem, melalui karya yang dihasilkan oleh para kader-kaderya tersebut," tambahnya lagi.