Kisah ini diungkap mendiang dalam sebuah buku berjudul "Memoar Romantika Probosutedjo: Saya dan Mas Harto".
Meski tak bisa terjun ke dunia politik, Probosutedjo menunjukkan keahlian lain dalam dunia pendidikan.
Hal tersebut terbukti saat Probosutedjo menjalani hidup sebagai seorang guru di Pematang Siantar, Sumatera Utara.
Ia niat hijrah dari tanah Jawa untuk mendirikan sebuah sekolah hingga akhirnya menjadi kepala sekolahnya sendiri.
Kala itu almarhum juga rela sekolah yang ia bangun menjadi milik negara demi kepentingan rakyat.
Perhatiannya terhadap dunia pendidikan menjadi salah satu motivasi Probosutedjo dalam melahirkan perguruan tinggi yang kini dikenal Universitas Mercu Buana.
Selain sukses dalam dunia pendidikan, mendiang pun dikenal sebagai pengusaha sukses.
Kesuksesan itu didapat Probosutedjo lewat berbagai keberaniannya untuk bisa sukses di usia muda.
Kendati tak pernah terlihat dalam dunia politik, ternyata Probosutedjo pernah berniat menjabat Gubernur DKI Jakarta pada awal 1990-an.
Akan tetapi keputusannya itu tak restui oleh Soeharto.
Almarhum juga tiga kali gagal menjadi Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri.
Padahal saat itu Menteri Dalam Negeri Rudini telah merestui keputusan Probosutedjo.
Namun tetap saja karena Soeharto sang penjegal utama tak merestui, akhirnya Probosutedjo gagal terus.
Dalam memoarnya, Probosutedjo mengungkap keputusan kakaknya yang seperti itu.
Bukan karena Soeharto takut dianggap nepotisme, tetapi figur militer seperti mantan Pangdam Jaya Surjadi Sudirja yang ia kehendaki.