Berita Kotamobagu

Kisah Pembuat Sapu Lidi di Kotamobagu, Masih Diminati, Alasan Nenek Ba’ai Mariati Terus Membuat

Penulis: Theza Gobel
Editor: David_Kusuma
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ba’ai Mariati

Laporan Kontributor Theza Gobel

Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Sapu lidi, salah satu peralatan rumah tangga yang masih selalu digunakan hingga saat ini.

Selain itu, pembuatan sapu lidi juga masih merupakan suatu usaha tradisional yang masih diminati masyarakat. 

Bahkan penjualanya juga masih sangat digemari seluruh kalangan masyarakat yang berada di perkampungan maupun di perkotaan.

Baca juga: Tokoh Pemekaran Minsel Apresiasi Langkah Perubahan Franky Donny Wongkar-Petra Yanni Rembang

Baca juga: Bangun Kerja Sama dan Sinergitas, Kapolda Sulut Silaturahmi Bersama Ulama dan Tokoh Agama

Baca juga: Sekprov Edwin Silangen Dorong Bapenda Segera Terapkan Digitalisasi Transaksi Pajak dan Retribusi

Cara membuat sapu lidi pun tak butuh banyak perlengkapan dan bahan.

Dengan merajut daun kelapa, maka terbentuklah sapu lidi yang multi fungsi. 

Kondisi inilah yang terus dimanfaatkan oleh Ba’ai atu Nenek Mariati (50) warga Kelurahan Kobo Kecil, Kecamatan Kotamobagu Timur. 

Baca juga: Matangkan KLHS RPJMD 2021-2026, Pemkot Tomohon Gelar Konsultasi Publik

Baca juga: Bocoran Kuota Penerimaan Kartu Prakerja, Cara Cek Hasil Seleksi Hanya di Situs Resminya

Baca juga: Matangkan KLHS RPJMD 2021-2026, Pemkot Tomohon Gelar Konsultasi Publik

Usaha pembuatan sapu lidi yang sudah sekitar 5 tahun ia geluti terdengar tak begitu menjanjikan,

namun ternyata dari usaha inilah dirinya mampu meraup ratusan ribu perminggunya.

“Saya biasanya mengumpulkan daun kelapa atau daun nira, untuk saya buatkan sapu lidi. 

Baca juga: Golkar Sulut Masih Akan Andalkan Tetty Paruntu, PDIP Banyak Stok, Nasdem Itu-itu Juga

Baca juga: Sosok Putri Purnaningrum, Anak Raja Solo yang Dinikahi Pria Rakyat Biasa

Baca juga: Angkasa Pura I dan Pemkab Bolsel Perpanjang Kerja Sama Promosi Pariwisata

Dalam seminggu saya bisa membuat sampai 50 ikat sapu lidi yang saya jual ke pasar atau ke warung-warung,” terang Mariati.

Menggeluti usaha ini sangat praktis karena bahan bakunya tersedia banyak. Membuatnya juga tidak sukar.

“Jika bahan baku sudah tersedia maka dalam sehari saya bisa membuat 10 ikat sapu lidi,” jelasnya.

Baca juga: Rapat Tim Pengawasan Orang Asing di Kotamobagu, Teddy Makalalag: Jangan Ada Kegiatan Ilegal

Baca juga: Zlatan Ibrahimovic & Cristiano Ronaldo Impikan Ukir Sejarah di Piala Dunia 2022

Untuk mendapatkan rejeki dari usahanya ini, Mariati menjualnya dengan harga Rp 10 ribu per ikatnya. 

“Hasil penjualan dipakai untuk kebutuhan hidup. Makan sehari-hari sangat tercukupi. Untuk listrik dan air juga cukup. 

Halaman
12

Berita Terkini