Adapun, Isbat awal Zulhijah 1442 H pada 10 Juli 2021 M.
Dilansri Kompas.com, sejak 1972, Kementerian Agama membentuk sebuah badan bernama Badan Hisab Rukyat (BHR) yang terdiri atas para ulama, umaroh, dan ahli-ahli astronomi.
Kamaruddin menjelaskan, hisab artinya menghitung, sedangkan rukyat artinya memantau.
Seperti namanya, BHR bertugas melakukan hisab dan rukyatul hilal untuk menetapkan awal Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah.
Hasil data yang dikumpulkan BHR akan dijadikan bahan pertimbangan dalam penetapan saat sidang isbat berlangsung.
Metode penetapan awal Ramadhan
Ada dua metode untuk menentukan awal Ramadhan, yakni hisab dan rukyat.
Rukyatul hilal adalah aktivitas pengamatan visibilitas hilal (bulan sabit) saat Matahari terbenam menjelang awal bulan pada Kalender Hijriah.
Sebelum melaksanakan pemantauan Kemenag bekerja sama dengan ormas dan para pakar untuk melakukan perhitungan-perhitungan soal ketinggian hilal.
Penghitungan itu dilakukan untuk menghindari terjadinya 'salah lihat'.
Sebab, jika tinggi hilal berada di bawah 2 atau 4 derajat, maka kemungkinan obyek yang dilihat bukan hilal, melainkan bintang, lampu kapal, atau obyek lainnya.
Metode kedua adalah hisab
Hisab dapat diartikan dengan perhitungan secara matematis dan astronomis untuk menentukan posisi bulan dalam menentukan dimulainya awal bulan pada kalender Hijriah.
Di Indonesia, ada beberapa rujukan atau kitab yang digunakan dan sudah menggunakan metode kontemporer. Kemenag menggunakan data ephemeris hisab rukyat.
Meski ada beberapa metode hisab rukyat, biasanya hasilnya sama.