TRIBUNMANADO.CO.ID - Politisi Partai Demokrat, Andi Mallarangeng angkat bicara menanggapi pemecatan sejumlah kader yang mengikuti Kongres Luar Biasa (KLB) di Deliserdang, Sumatera Utara.
Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat tersebut menganggap bahwa pemecatan itu merupakan hal yang wajar.
Tak hanya itu Andi pun tak segan menyebut bahwa sejumlah kader tersebut adalah pengkhianat.
Baca juga: Peringatan Dini Besok Kamis 11 Maret 2021, BMKG: Sejumlah Wilayah Indonesia Potensi Cuaca Ekstrem
Baca juga: 3 Orang Tewas Usai Terlibat Tabrakan Beruntun, Truk Boks Ringsek Tak Berbentuk
Hal itu diungkapkan Andi dalam kanal YouTube Official iNews, Selasa (9/3/2021).
"Satu tahun kemudian ketika ada yang mau beli partai ini, dia mulai jual-jual partai," kata Andi.
"Ketemulah broker yang mau jual partai dengan yang mau beli."
"Kebetulan punya kekuasaan dan punya uang."
(Foto: Andi Mallarangeng)
Andi menganggap kader Partai Demokrat yang menghadiri KLB memang layak dipecat.
Ia pun menyinggung soal persekongkolan kader Demokrat dengan Moeldoko untuk mendongkel Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
"Mereka ini jual-jual partai, kenapa dipecat? Karena dia bersekongkol dengan elemen di luar partai yang memiliki kekuasaan dan uang," jelas Andi.
"Bukan karena KLB tapi mereka bersekongkol dengan elemen kekuasaan dan terbukti."
"Tadinya kan Moeldoko bilang 'Oh enggak, cuma ngopi-ngopi, foto-foto'."
"Sekarang kita lihat semuanya apa yang kami katakan benar," lanjutnya.
Andi lantas mempertanyakan soal Kartu Tanda Anggota (KTA) Partai Demokrat yang dimiliki Moeldoko.
Pasalnya, Moeldoko mengaku baru mendapat KTA saat KLB berlangsung.
"Dan mereka yang menjadi pengkhianat ya pantas dipecat, untuk apa mereka bersama Partai Demokrat tapi mereka bermain dengan kekuasaan," jelas Andi.
(Kolase Foto: Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Moeldoko)
"Tanya Pak Moeldoko itu, KTA apa? Siapa yang tanda tangan? Katanya baru diberi KTA waktu KLB kemarin."
"KTA siapa yang tanda tangan? Kan dia belum jadi ketua umum."
"Inilah orang yang bukan kader partai, nongol pun tidak di Kongres Luar Biasa itu, tiba-tiba jadi ketua umum," tukasnya.
Simak videonya berikut ini mulai menit ke-3.01:
Saat Pangkat Jenderal Moeldoko Disinggung Demokrat
Di sisi lain, sebelumnya, Kepala Badan Komunikasi Strategis Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra mengungkit bantahan Kepala Kantor Staf Presiden (KSP), Moeldoko.
Dilansir TribunWow.com, Herzaky menyebut semua kebohongan Moeldoko kini terbrongkar seusai dipilih menjadi ketua umum Partai Demokrat versi Kongres Luar Biasa (KLB).
Herzaky bahkan turut menyinggung pangkat Moeldoko sebagai seorang jenderal.
Hal itu diungkapkannya dalam kanal YouTube tvOneNews, Selasa (9/3/2021).
"Alhamdulillah kita tidak hidup di zaman Majapahit sehingga orang enggak bisa manipulasi," kata Herzaky.
"Semua bisa dicek, dikroscek dengan apa yang terjadi di 2001, 2002, 2003."
"Banyak video siapa pendiri, siapa penggagas, jadi saya enggak mau masuk perdebatan itu."
Herzaky pun yakin adanya keterlibatan pemerintah di balik pemilihan Moeldoko sebagai ketua umum Partai Demokrat versi KLB.
"Sudahlah, publik udah tahu kok, bukan hanya kami yang bicara, banyak sekali yang bicara," ujarnya.
"Apa yang dilakukan oleh GPK PD ini dan keberadaan KSP, enggak bisa itu dipisahkan."
Ia lantas mengungkit pernyataan Moeldoko sebelum dipilih jadi ketum Partai Demokrat.
Menurut Herzaky, bantahan Moeldoko dulu tak terbukti.
"Kok bilang 'Ini Moeldoko pribadi, bukan KSP'," ujar Herzaky.
"Ya mundur dong sejak pertama kali, pasca kami adakan press conference bilang tidak terlibat."
"Tapi kenyataannya setelah sebulan terlibat nih nyatanya."
"Sebelumnya menyangkal, kemudian muncul," sambungnya.
Karena itulah, Herzaky menganggap terpilihnya Moeldoko sebagai ketum Partai Demokrat versi KLB sebagai dagelan belaka.
Ia lantas mengungkit pangkat Moeldoko sebagai seorang jenderal.
"Kan lucu, bagi kami dagelan, Pak Moeldoko kan bintang empat, jenderal," ucap Herzaky.
"Beliau kan punya banyak staf, pinter-pinter harusnya."
"Masa cuma lewat telepon 'Apa ini sudah sesuai dengan AD/ART? Benar'. Loh, stafnya kan bisa cek bener enggak nih, sesuai aturan enggak nih, daftar hadirnya ada enggak nih."
"Kan begitu sebelum ambil keputusan yang benar, ini kan kami jadi mempertanyakan," tandasnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunwow.com dengan judul Moeldoko Awalnya Ngaku Cuma Ngopi, Andi Mallarangeng soal Pemecatan Kader Demokrat: Pengkhianat