Hingga pada pertengahan 1980-an, Kartel Guadalajara telah menjadi kartel yang terbesar di dunia.
Titik Balik
Tetapi pada 1985, sebuah insiden berdarah mengubah kartel tersebut,
beserta sejarah keramahtamahan politik Meksiko dengan Gallardo.
Seorang agen Drug Enforcement Administration (DEA) yang menyamar,
Enrique Camarena alias Kiki, telah menyusup ke kartel.
Kiki berhasil mengumpulkan detail tentang rute, personel, dan koneksi ke kekuasaan.
Kiki diculik, diinterogasi, disiksa, dan dibunuh (ada bukti bahwa CIA tahu ini akan terjadi tetapi tidak melakukan apa pun demi melindungi sumbernya sendiri).
Kepercayaan antara AS dan Meksiko langsung hancur seketika,
hubungan yang masih rusak hingga hari ini.
Dan saat DEA berusaha membalas dendam, nama pertama di bibir semua orang adalah Gallardo.
Terlepas dari seluruh kebenaran di balik kematian Kiki,
AS menuntut pemerintah Meksiko melakukan sesuatu.
Tindakan keras langsung terjadi.
Quintero dan Carillo dengan cepat diringkus oleh polisi.
Empat tahun kemudian, tepatnya 1989, Gallardo berhasil ditangkap.
Gallardo lantas dijatuhi hukuman penjara selama 40 tahun.
Penangkapan Gallardo adalah katalisator yang mengungkap
korupsi yang meluas di kancah perpolitikan Meksiko dan penegakan hukum di Meksiko.
Dalam beberapa hari setelah penangkapan Gallardo, dan di bawah tekanan media,
beberapa komandan polisi ditangkap dan sebanyak 90 petugas mengundurkan diri.
Penangkapan Gallardo juga memicu bubarnya Kartel Guadalajara.
Para bos narkoba Plasa yang tergabung ke dalam kartel memilih untuk menarik diri dan membentuk kartel mereka sendiri.
Lahirnya perang narkoba
Dari balik jeruji penjara, Gallardo berusaha keras untuk menjaga kerajaannya tetap utuh.
Dari penjara, dia mengatur pertemuan puncak para bos narkoba Plasa.
Karena para bos-bos ini berselisih, Gallardo mendalangi gencatan senjata yang tidak mudah di antara mereka.
Dia membagi wilayah yang dimiliki oleh Kartel Guadalajara
dan membaginya menjadi kelompok-kelompok yang mencakup kartel Sinaloa, Tijuana, dan Juarez.
Kendati demikian, kekosongan kekuasaan
Kartel Guadalajara yang telah lama justru semakin memperkeruh konflik antar-bos narkoba.
Secara khusus, El Chapo, yang telah menjadi salah satu anak didik Gallardo,
mengambil lebih banyak rute untuk Kartel Sinaloa yang terus berkembang.
Perselisihan dan konflik yang berkelanjutan di antara para bos bakal
melahirkan kekacauan politik, sosial, dan militer, yang pada akhirnya akan mengarah pada perang narkoba di Meksiko.
El Chapo tak hanya memerangi mantan rekannya di bawah Kartel Guadalajara,
tetapi juga berselisih dengan Kartel Teluk.
Setelah itu, Kartel Teluk dilanda konflik internal dan lahirlah Kartel Los Zetas
yang kemudian mengambil alih wilayah kekuasaan di Teluk Meksiko.
Seiring perselisihan antara para kartel ini,
dimulailah mimpi buruk di bernama perang narkoba yang masih berlangsung hingga saat ini.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "[Cerita Dunia]: Bos dari Segala Bos, Miguel Angel Felix Gallardo, “Arsitek” Perang Narkoba"