Demo di Myanmar

Tolak Kudeta, Ratusan Ribu Pendemo di Myanmar Tak Gentar Ditembak Militer, Serukan Mogok Massal

Editor: Ventrico Nonutu
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pengunjuk rasa anti-kudeta mengangkat tangan mereka dengan tangan terkepal selama demonstrasi di dekat Stasiun Kereta Api Mandalay di Mandalay, Myanmar, Senin (22/2/2021).

TRIBUNMANADO.CO.ID - Kudeta yang terjadi di Myanmar menuai banyak penolakan.

Penolakan tersebut pun diwarnai dengan aksi demonstrasi.

Bahkan aksi demonstrasi sudah lebih membesar.

Baca juga: BOCORAN Cerita Sinetron Ikatan Cinta Selasa 23 Februari 2021, Elsa Ditangkap Polisi, Al dan Andin?

Baca juga: Masih Ingat Abimana Aryasatya? Aktor yang Sempat Dikenal dengan Nama Robertino, Ini Kabar Terbarunya

Ratusan ribu pedemo turun ke jalan untuk menentang kudeta Myanmar pada Senin (22/2/2021).

Mereka tak gentar meski militer mengancam akan menembak siapa pun yang dianggap membuat kericuhan.

Peringatan militer Myanmar dikeluarkan setelah tiga pengunjuk rasa ditembak mati akhir pekan lalu.


(Foto: Pedemo Myanmar menutup jalan dengan kendaraan yang mereka kelilingi sebagai bentuk protes melawan kudeta. Demo Myanmar di Yangon semakin membesar pada Senin (22/2/2021).)

Penggunaan kekuatan mematikan itu pun oleh PBB pada Senin, dan Uni Eropa mengumumkan sudah sepakat untuk menjatuhkan sanksi pada militer Myanmar.

Sementara itu Amerika Serikat (AS), Kanada, dan Inggris telah menjatuhkan sanksi ke para jenderal yang sekarang memerintah Myanmar.

Demo Myanmar besar-besaran terjadi sejak militer melakukan kudeta pada 1 Februari, dengan pemimpin de facto Aung San Suu Kyi ditahan untuk mengakhiri 10 tahun masa demokrasi.

Setelah berlangsung tiga minggu tanpa henti, para pedemo Myanmar pun mulai kehilangan kesabaran.

"Para pengunjuk rasa sekarang menghasut orang-orang, terutama remaja dan pemuda yang emosional, ke jalur konfrontasi di mana mereka akan kehilangan nyawa," demikian bunyi ancaman militer di stasiun tv negara, MRTV.

Mereka juga memperingatkan agar pengunjuk rasa tidak menghasut kerusuhan dan bertindak anarkis.

Namun, massa demo anti- kudeta Myanmar tak peduli dengan ancaman itu. Ratusan ribu orang berunjuk rasa pada Senin (22/2/2021) di Yangon, kota terbesar dan pusat komersial Myanmar.

"Kami turun hari ini untuk bergabung dalam demo, untuk berjuang sampai kami menang," kata Kyaw Kyaw mahasiswa berusia 23 tahun kepada AFP.

Di pagi hari yang sama, militer meningkatkan penjagaan mereka dengan mengerahkan truk polisi serta personel yang diterjunkan ke jalan-jalan dan menutup sebuah distrik kedutaan besar.

Sebelumnya militer dan polisi telah menggunakan peluru karet, gas air mata, meriam air, dan peluru tajam untuk membubarkan massa.

Puluhan ribu pekerja profesional dan pegawai turut berdemo di Naypyidaw, ibu kota Myanmar dan benteng militer negara itu.

Lebih dari 100 orang ditangkap saat polisi mengejar para pedemo di jalan-jalan, menurut keterangan jurnalis AFP di lokasi.

Demo besar juga merebak di kota-kota lain seperti Mandalay, Myitkyina, dan Dawei.

Demonstran Myanmar Serukan Mogok Massal, Junta Militer Langsung Keluarkan Ancaman


(Foto: Puluhan ribu orang berdemonstrasi menentang pengambilalihan militer di kota terbesar Myanmar Yangon dan menuntut pembebasan Aung San Suu Kyi, pada Minggu (7/2/2021).)

Para demonstran di Myanmar menyerukan pemogokan massal yang sedianya digelar pada Senin (22/2/2021) untuk memprotes kudeta militer.

Seruan tersebut ditanggapi oleh junta militer dengan ancaman terselubung ihwal penggunaan kekuatan mematikan.

Seruan untuk pemogokan massal dilontarkan pada Minggu (21/2/2021) oleh Gerakan Pembangkangan Sipil di Myanmar.

Mereka meminta orang untuk berkumpul bersama guna membuat "Revolusi Musim Semi” sebagaimana dilansir Associated Press.

Saluran televisi milik negara, MRTV, pada Minggu malam waktu setempat menyiarkan pernyataan dari junta militer yang memberi peringatan terhadap rencana pemogokan umum.

Junta militer menuduh para demonstran menghasut massa untuk melakukan kerusuhan dan anarki pada Senin.

“Para pengunjuk rasa sekarang menghasut orang-orang, terutama anak muda dan remaja yang emosional, ke jalur konfrontasi di mana mereka terancam kehilangan nyawa,” bunyi pernyataan itu.

Pernyataan itu juga menyalahkan pengunjuk rasa karena “melakukan kekerasan”, sehingga mau tidak mau pasukan keamanan harus membalasnya. Sejauh ini ada tiga pengunjuk rasa telah ditembak mati.

Gerakan protes di Myanmar sebenarnya berlangsung damai dan hanya sesekali terlibat dalam konfrontasi dengan polisi dengan melemparkan botol ke arah polisi ketika diprovokasi.

Di Yangon, kota terbesar Myanmar, truk-truk melaju di jalanan pada Minggu malam waktu setempat.

Truk-truk tersebut dengan nyaring mengumumkan bahwa rakyat tidak boleh menghadiri aksi pada Senin dan harus menaati larangan berkumpul.

Larangan berkumpul dikeluarkan tak lama setelah kudeta tetapi tidak diberlakukan di Yangon, yang selama dua pekan terakhir telah menjadi tempat demonstrasi besar-besaran.

Pada Minggu pagi waktu setempat, massa menghadiri pemakaman wanita muda yang menjadi korban tewas pertama dalam aksi penolakan kudeta militer. Wanita tersebut bernama Mya Thwet Thwet Khine.

Dia ditembak di kepala oleh polisi pada 9 Februari dalam sebuah aksi protes di ibu kota Myanmar, Naypyidaw. Setelah dirawat, Mya mengembuskan napas terakhirnya pada Jumat (19/2/2021).

Para demonstran juga berduka atas dua pengunjuk rasa lainnya yang ditembak mati pada Sabtu (20/2/2021) di Mandalay.

Salah satu korban ditembak di kepala dan meninggal seketika, sementara korban lainnya ditembak di dada dan meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit.

Di Mandalay, pengunjuk rasa yang menentang kudeta berkumpul lagi pada Minggu.

Buruh kereta api, pengemudi truk, dan banyak pegawai negeri telah bergabung dalam kampanye pembangkangan sipil melawan junta militer.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Demo Kudeta Myanmar Membesar, Ratusan Ribu Orang Tak Gentar Ditembak Militer dan Demonstran Myanmar Serukan Mogok Massal, Junta Militer Langsung Keluarkan Ancaman

Berita Terkini