Waktu luang menanti pembongkaran sampah dimanfaatkan para sopir truk dengan duduk di warung.
Ada yang tetap di dalam mobil truknya sambil memainkan ponsel.
Musabab kian tingginya gunungan sampah tersebut adalah volume sampah yang meningkat saat bencana banjir.
Diketahui, pada Januari lalu, Manado alami dua kali bencana banjir dalam tempo sepekan.
Yang paling parah terjadi Jumat (22/1/2021). Sebanyak delapan Kecamatan terdampak.
Data yang dihimpun Tribun Manado dari Dinas Lingkungan Hidup Manado, volume sampah usai banjir mencapai 700 ton per hari.
Di waktu normal, produksi sampah Manado per hari hanya 200 ton.
"Sampah yang datang hampir dua kali lipat," kata Maruf salah seorang sopir.
Ia membeber, truknya dalam sepekan terakhir selalu memuat sampah melebihi kapasitas.
Hal yang sama diakui Carlos, kepala seksi TPA Sumompo.
Akibatnya, keluar bunyi bunyi pada truk itu pertanda ada kerusakan.
"Sampah akibat bencana ini sangat banyak. Bukan hanya plastik tapi juga tanah. Kami hampir kewalahan," kata dia.
Sampah banyak, sialnya, alat pendukung tak memadai. Sebut dia, hanya ada sebuah eskavator untuk membongkar sampah.
"Itu pun sudah sering rusak," katanya.
Diungkapnya, pengelolaan sampah di TPA tersebut sudah tak normal sejak bencana alam 2014 lalu.