TRIBUNMANADO.CO.ID - XL Axiata memastikan jaringan telekomunikasi beroperasi normal dan bisa digunakan masyarakat pasca gempa bumi yang terjadi di Sulawesi Barat (Sulbar), Jumat (15/01/2021).
Group Head XL Axiata East Region, Bambang Parikesit mengatakan, hanya beberapa titik yag terdampak karena adanya pemadaman listrik dari PLN yaitu 18 BTS di Kabupaten Majene, 12 BTS di Kabupaten Mamuju Utara dan 39 BTS di Kabupaten Mamuju.
"Tim teknis XL Axiata juga telah berada di lapangan guna mengantisipasinya dengan menyalakan genset dan mengecek semua infrastruktur jaringan yang ada di sana," kata Parikesit kepada Tribun Manado, Sabtu (16/01/2021).
Selain itu, tim dari pusat monitoring telah melakukan rekayasa jaringan agar layanan untuk pelanggan tetap bisa terjaga.
"Apalagi, di saat bencana seperti ini, layanan telekomunikasi dan data sangat dibutuhkan, baik oleh warga korban, juga aparat penanggulangan bencana," ujar dia.
Katanya, secara keseluruhan masyarakat di Provinsi Sulbar termasuk di sekitar lokasi bencana dilayani oleh sekitar 315 BTS XL Axiata.(ndo)
Baca juga: Cegah Bahaya, PLN Padamkan Listrik di Daerah Rawan Banjir Manado
Baca juga: Pohon Tumbang, Jalan By Pass Manado-Bitung Lumpuh
Baca juga: Tips Atasi Motor Mati atau Mogok Saat Melewati Genangan Air, Jangan Dulu Paksa Hidupkan Lagi
Analisis BMKG
Sebagaimana yang telah diberitakan gempa bumi terjadi lagi di Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, Sabtu (16/1/2021).
Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika ( BMKG), gempa bumi magnitudo 5,0 di Majene terjadi pada pukul 06.32 WIB.
Pusat gempa berada di darat pada 20 kilometer Timur Laut Majene. Koordinat lokasi gempa pada 2.89 LS - 119.03 BT.
Info gempa bumi hari ini Kamis 14 Januari 2021. (https://www.bmkg.go.id/gempabumi/gempabumi-dirasakan.bmkg)
Titik gempa Majene pada kedalaman 10 kilometer.
Sebelumnya kerusakan yang parah terjadi akibat Gempa bumi bermagnitudo 6,2 yang mengguncang Majene, Sulawesi Barat pada Jumat (15/1/2021) pukul 01.28 WIB.
Berdasarkan laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), akibat dari gempa ini adalah rusaknya sejumlah bangunan dan setidaknya 42 orang dilaporkan meninggal dunia.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika ( BMKG) menyebutkan bahwa gempa bumi tektonik yang mengguncang wilayah Majene, Sulawesi Barat, merupakan jenis gempa kerak dangkal atau shallow crustal earthquake yang diakibatkan adanya aktivitas sesar aktif.
Adapun hasil analisis BMKG tersebut didapatkan dengan memperhatikan lokasi pusat gempa atau episenter dan kedalaman hiposenternya, baik gempa signifikan pertama maupun yang kedua.
“Baik gempa signifikan pertama dan kedua yang terjadi merupakan jenis gempa kerak dangkal,” jelas BMKG dalam keterangan resmi, Jumat (15/1/2021).
Seperti diketahui, gempa bumi yang pertama sebagai pembuka atau foreshock dilaporkan terjadi pada Kamis (14/1/2021) pukul 13.35 dini dengan magnitudo 5,9 pada episenter 2,99 LS dan 118,89 BT atau di darat pada jarak 4 kilometer arah barat laut Majene, kedalaman 10 km.
Kemudian, gempa yang kedua atau mainshock terjadi pada Jumat pukul 01.28 WIB dini hari dengan magnitudo 6,2 pada episenter 2,98 LS dan 118,94 BT atau di darat pada jarak 6 kilometer arah timur laut Majene, kedalaman 10 kilometer.
Adapun dugaan sementara BMKG, gempa bumi yang tercatat menewaskan sebanyak 42 jiwa tersebut dipicu oleh adanya sesar naik Mamuju atau Mamuju Thurst.
“Diduga kuat pemicu gempa ini adalah sesar naik Mamuju,” jelas BMKG.
Hal itu dibuktikan dari hasil analisis mekanisme sumber yang menunjukkan bahwa gempa memiliki mekanisme pergerakan naik atau thurst fault.
BMKG juga mengatakan bahwa mekanisme sesar naik ini mirip dengan pembangkit gempa Lombok yang terjadi pada 2018, yang mana bidang sesar membentuk kemiringan bidang sesar ke daratan.
Lebih lanjut, mengenai sesar naik Mamuju, BMKG mengatakan bahwa hal itu memiliki magnitudo dengan target mencapai 7,0 dengan laju geser sesar adalah 2 milimeter (mm) per tahun, sehingga sesar aktif ini harus diwaspadai karena mampu memicu gempa kuat.