Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mengatakan, membangun kekebalan "biasanya membutuhkan waktu beberapa minggu."
"Itu berarti ada kemungkinan seseorang dapat terinfeksi virus yang menyebabkan Covid-19 tepat sebelum atau setelah vaksinasi dan tetap sakit," kata CDC.
Moderna mengukur kemanjuran vaksinnya mulai 14 hari setelah dosis kedua, sementara Pfizer mengukurnya mulai tujuh hari setelah dosis kedua.
Baca juga: Kisah Pramugari Korban di Pesawat Sriwijaya Air, Sempat Kirim Pesan Minta Rumah Dibersihkan
Vaksin Mungkin Tidak Memberikan Perlindungan yang Sempurna
Tidak ada vaksin yang 100 persen efektif dan pembuat vaksin virus corona masih mengevaluasi apakah suntikan dapat melindungi dari semua infeksi, atau hanya menyebabkan gejala.
CDC memperkirakan, 40 persen infeksi virus corona tidak menimbulkan gejala dan uji coba vaksin Moderna dan Pfizer/BioNTech hanya meligat apakah vaksin dapat mencegah infeksi simtomatik.
Pada Desember 2020, Moderna mengatakan, pihaknya telah menyerahkan data ke Food and Drug Administration (FDA) AS, yang menunjukkan, vaksinnya mencegah 2/3 dari semua infeksi, termasuk infeksi tanpa gejala.
Untuk saat ini, CDC merekomendasikan agar orang tidak berasumsi, mereka sepenuhnya kebal setelah divaksinasi.
Secara keseluruhan, kedua vaksin memberikan perlindungan sekira 95 persen dalam uji klinis.
Jadi, sejumlah kecil orang masih bisa tertular virus, bahkan setelah menerima dua suntikan.
Dalam penggunaan lebih luas, tingkat kemanjuran vaksin dapat turun karena orang dengan berbagai tingkat respon sistem kekebalan mendapatkan vaksinasi, kemudian pergi ke dunia luar.
Virus Tak Berasal dari Vaksin
Lebih lanjut, vaksin virus corona saat ini tidak dapat menginfeksi siapa pun dengan virus.
CNN menulis, vaksin Covid-19 tidak mengandung virus.
Sebaliknya, mereka memnawa bentangan kecil materi genetik yang dikenal sebagai Messenger RNA atau mRNA.