Terkini Daerah

Botol Miras Belanda dan Cangkir Keramik Mongolia Dari Dalam Waruga Pukau Turis Eropa dan Amerika

Penulis: Arthur_Rompis
Editor: Rhendi Umar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Botol Miras Belanda dan Cangkir Keramik Mongolia Dari Dalam Waruga Pukau Turis Eropa dan Amerika

TRIBUNMANADO.CO.ID - Seorang turis Belanda terkejut.

Mengunjungi Waruga di Desa Sawangan, Kecamatan Airmadidi, Kabupaten Minahasa Utara beberapa waktu lalu, ia melihat sebuah botol minuman terpajang di Museum benda - benda purbakala samping kompleks Waruga tersebut.

Botol minuman itu berasal dari dalam Waruga.

Botol berwarna coklat itu dikenalinya sebagai botol minuman keras bernama Jinni yang beken di Belanda pada masa lampau.

"Bule Belanda itu kenal sekali botol tersebut," kata Yeanette Umboh, penjaga 

Waruga kepada Tribun Manado Jumat (4/12/2020) sore di kompleks Waruga.

Diketahui, Waruga adalah kuburan kuno warga Minahasa.

Cara penguburannya, jenazah serta barang barang peninggalannya diletakkan dalam kubah batu yang didirikan di atas tanah.

Tradisi Megalithikum ini sudah berlangsung sejak tahun 800 sebelum masehi hingga tahun 1800 - an.

Umboh lantas mengajak Tribun Manado melihat botol minuman itu.

Botolnya ada dua. Satu berbentuk mirip botol Coca Cola namun lebih lebar.

Satunya memiliki bagian atas yang kecil dengan permukaan besar.

Di depan dua botol itu terdapat cangkir keramik.

Cangkir itu, menurut Umboh, berasal dari Mongolia.

"Menurut ahlinya ini dari Mongolia, keramik lainnya berasal dari Cina," kata dia.

Beberapa meter dari situ, nampak sebuah bingkai dengan aneka foto.

Parade foto itu menerangkan kedatangan Ratu Beatrix dan Juliana dari Belanda pada tahun 1993.

"Saya ingat kala itu masih kecil. Dan kami semua menyambutnya di pinggir jalan dengan mengibarkan 
bendera Indonesia.

Keduanya sangat senang. Penjagaan sangat ketat," katanya.

Ungkapnya, dua ratu belanda tersebut sempat berada cukup lama di Waruga.

Keduanya pun berfoto di Waruga Dotu Karema.

"Keduanya berfoto di sana," kata dia.

Ia menuturkan Dotu Karema adalah dukun beranak.

Di masa itu, dukun beranak sangat dihormati karena tugasnya yang mulia membantu ibu bersalin.

"Makanya dalam waruga ditaruh di bagian tengah. Itu simbol penghormatan," jelasnya.

Terkait Waruga ini, pernah terjadi keajaiban.

Seorang pria dari Jakarta yang bertahun - tahun tidak memiliki anak, memintanya  di Waruga tersebut.

"Kemudian akhirnya ia punya anak. Kini ia sering datang dari Jakarta untuk membawakan minuman di Waruga itu," katanya.

Menurut Umboh, sebelum Covid 19, Waruga ramai didatangi turis.

Hampir tiap hari ada saja turis yang datang.

"Mereka semua dari Eropa dan Amerika. Ada dari Jerman, Belanda, Amerika Serikat, Inggris, Ukraina dan lainnya," katanya.

Maraknya kedatangan turis berpengaruh pada ekonomi warga setempat.

Uang hasil retribusi masuk dana Bumdes desa setempat dan dikelola untuk kesejahteraan rakyat.

"Aktivitas turisme di sini mendadak lumpuh saat Covid 19. Tempat ini ditutup," kata dia.

Begitu tempat tersebut dibuka akhir Oktober lalu, langsung diserbu bule.

Meski demikian, aktivitas turisme di sana belum pulih.

"Mudah mudahan saja tahun depan bisa pulih seperti semula," katanya. ( Tribunmanado/Arthur Rompis)

BERITA TERKINI TRIBUNMANADO:

Baca juga: Presiden Jokowi: Saya Sudah Ingatkan Sejak Awal Kepada Para Menteri, Jangan Korupsi

Baca juga: Jasa Raharja Sulut Salurkan Rp 35,1 Miliar Santunan Lakalantas, Hingga November 2020

Baca juga: Mossad Dituduh Terlibat Pembunuhan Ilmuwan Iran, Mantan Intelijen Israel: Itu Operasi yang Kompleks

SUBSCRIBE YOUTUBE TRIBUNMANADO OFFICIAL:

Berita Terkini