Sejarah Bangsa

Sosok Jenderal Spoor, Panglima Tentara Belanda Misi Khusus Bunuh Jenderal Sudirman, Tewas Misterius

Editor: Aldi Ponge
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Panglima Tentara Belanda di Indonesia Letnan Jenderal Simon Hendrik Spoor

TRIBUNMANADO.CO.ID - Sosok Panglima Tentara Belanda di Indonesia Letnan Jenderal Simon Hendrik Spoor mungkin tak banyak dikenal masyarakat Indonesia.

Padahal dia Jenderal Belanda yang paling keras menghantam Indonesia.

Jenderal Spoor memiliki misi khusus didatangkan ke Indonesia untuk membunuh Panglima TNI Jenderal Besar Soedirman

Dilansir dari buku "Jenderal Spoor: Kejayaan dan Tragedi Panglima Tentara Belanda Terakhir di Indonesia", Jenderal Spoor mendapat tugas khusus untuk menghentikan aksi gerilya.

Istana Akan Didemo Mahasiswa, Presiden Jokowi Pergi ke Kalteng Urus Proyek, Unima Manado Kacau

Viral soal DPR, Situs Diretas Jadi Dewan Penghianat Rakyat Hingga Gedung Dijual Online Rp 10.000

Letnan Jenderal Simon Hendrik Spoor (kiri), Jenderal Besar Soedirman (kanan). (Kolase wikipedia)

Simon Hendrik Spoor dianggap mumpuni untuk mengatasi perlawanan para tentara republik yang dipimpin oleh jenderal besar Soedirman

 Spoor memang pernah bertugas di Indonesia pada 31 Januari 1946 hingga 25 Mei 1949.

Sayang, nama Spoor kurang populer bagi masyarakat Indonesia.

Masyarakat hanya diajarkan untuk mengkultuskan Sudirman, namun tidak diajarkan untuk mempelajari musuhnya.

Padahal, Spoor merupakan rival dari Jenderal Sudirman.

Spoor merupakan pemimpin militer terakhir Belanda yang ada di Indonesia.

Dia pulalah yang menjadi otak dalam aksi polisionil Belanda, atau yang lebih dikenal dengan Agresi Militer Belanda pada tahun 1947 dan 1948.

Sejak ditempatkan di Indonesia, Spoor memang mengemban misi berat, yaitu mengembalikan kejayaan Belanda di Indonesia.

Tidak hanya itu, dia juga memiliki misi untuk menghabisi Tentara Republik yang saat itu dipimpin oleh Jenderal Soedirman.

HSBC Jembatani PMA untuk Menangkap Peluang di Tengah Pandemi Covid-19 di Indonesia

Lowongan Kerja Bank BRI, Terima Mulai SMA SMK, Ini Syarat, Cara Daftar dan Link Resmi

Spoor ()

Keduanya memang memiliki banyak kesamaan.Satu di antaranya adalah sama-sama mati muda.

Jenderal Sudirman meninggal pada usia 34 tahun. Sedangkan, Spoor tewas pada usia 47 tahun.

Sayang, sampai saat ini masih belum ada yang mengetahui pasti mengenai penyebabnya Spoor.

Terdapat beberapa pendapat yang berbeda tentang kematiannya.

Ada yang mengatakannya Spoor tewas karena diracun oleh Belanda sendiri, ada pula yang mengatakannya tewas karena serangan penyakit jantung.

Namun, berdasarkan buku karangan Moor, Spoor memang disebutkan tewas usai makan siang di sebuah restoran pelabuhan perahu layar (Jachtclub) di Tanjung Priok, Jakarta, Jumat, 20 Mei 1949.

Saat itu, Spoor makan siang bersama beberapa orang ajudannya untuk merayakan kenaikan pangkatnya.

Namun, usai makan siang tersebut, Spoor mengalami serangan jantung, dan koma selama lima hari.

Akibatnya, Spoor pun meninggal pada tanggal 25 Mei 1949.

Rumor yang beredar, saat itu Spoor memang sengaja akan dienyahkan dengan memberikan racun pada makanannya.

Sayang, hal itu sampai saat ini masih belum terungkap.

Meski demikian, satu hal yang pasti adalah Spoor gagal menghentikan Jenderal Sudirman.

Tidak hanya itu, Spoor juga gagal mengembalikan kejayaan Belanda di Indonesia.

Sosok Jenderal Spoor

Dilansir dari Wikipedia, Simon Spoor lahir pada 12 Januari 1902 dan meninggal pada 25 Mei 1949

Simon Spoor adalah seorang jenderal Belanda yang terkenal perannya ketika Belanda berusaha merebut kembali Indonesia, dan ia memimpin langsung 2 aksi polisionil Belanda tersebut yaitu Agresi Militer Belanda I dan II.

Pada tahun 1923, Spoor lulus dari Koninklijke Militaire Academie dan bergabung dengan Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger. Ia juga menjadi dosen di almamaternya.

Pada tahun 1943, ia menjadi direktur dinas penerangan militer Belanda (NEFIS) di Australia.

Jend. Spoor meninggal tiba-tiba pada tanggal 25 Mei 1949 dan dikelilingi oleh rumor yang terkait dengan "peristiwa Letnan Muda Aernout yang melakukan penyelidikan korupsi terhadap petinggi KNIL".

Secara anumerta, ia dianugerahi Militaire Willems-Orde.

Sejak ditempatkan di Indonesia, Spoor memang mengemban misi berat yaitu mengembalikan kejayaan Belanda di Indonesia.

Tidak hanya itu, dia juga memiliki misi untuk menghabisi Tentara Republik yang saat itu dipimpin oleh Jenderal Soedirman.

Sayangnya Spoor mati muda pada usia 47 tahun.

Sampai saat ini masih belum ada yang mengetahui pasti mengenai penyebab Spoor bisa meninggal.

Ada beberapa pendapat yang berbeda tentang penyebab kematiannya.

Ada yang mengatakannya Spoor tewas karena diracun oleh Belanda sendiri, ada pula yang mengatakannya tewas karena serangan penyakit jantung.

Berdasarkan buku karangan Moor, Spoor memang disebutkan tewas usai makan siang di sebuah restoran pelabuhan perahu layar (Jachtclub) di Tanjung Priok, Jakarta, Jumat, 20 Mei 1949.

Saat itu, Spoor makan siang bersama beberapa orang ajudannya untuk merayakan kenaikan pangkatnya.

Namun, usai makan siang tersebut, Spoor mengalami serangan jantung, dan koma selama lima hari.

Akibatnya, Spoor pun meninggal pada tanggal 25 Mei 1949.

Rumor yang beredar, saat itu Spoor memang sengaja akan dienyahkan dengan memberikan racun pada makanannya.

Namun, dugaan itu sampai saat ini masih belum terungkap.

Spoor akhirnya gagal menghentikan Jenderal Soedirman dan gagal mengembalikan kejayaan Belanda di Indonesia.

Profil Jenderal Soedirman

Berbeda dengan Simon Spoor, sosok Jenderal Soedirman justru melekat erat di ingatan masyarakat Indonesia

Berikut profil Jenderal Soedirman dilansir dari Tribun Video dalam artikel 'Profil Jenderal Soedirman - Pahlawan Nasional Republik Indonesia'

Sejak kecil Raden Soedirman (selanjutnya Soedirman) lebih banyak tinggal bersama pamannya ketimbang bersama orangtuanya.

Masalah ekonomi menjadi alasan utama Soedirman tinggal bersama pamannya, Raden Cokrosunaryo yang saat itu adalah seorang camat.

Soedirman mulai mengenyam bangku sekolah ketika ia berusia 7 tahun. Ia dimasukkan ke Hollandsche Inlandsche School (HIS), sekolah dasar untuk pribumi pada masa kolonial Belanda.

Lulus dari HIS, Soedirman kemudian pindah ke sekolah menengah milik Taman Siswa. Namun hanya satu tahun karena sekolah milik Taman Siswa itu dianggap liar oleh Belanda dan akhirnya dilarang.

Soedirman kemudian pindah ke MULO, setingkat SMP Wiworotomo.

Di Wiworotomo, Soedirman banyak belajar ilmu agama dari Raden Muhammad Kholil. Ia terkenal sangat taat beragama, bahkan teman-temannya menjulukinya sebagai “Haji”.

Ia juga aktif berorganisasi, ia menjadi salah satu pendiri organisasi kepemudaan, seperti pramuka di bawah naungan Muhammadiyah, Hisbul Wathan (HW).

Meski prestasi akademiknya biasa saja, namun Sudirman terkenal sangat disiplin, hal ini tidak lepas dari didikan sang paman.

Pernah dalam sebuah acara jambore yang diadakan oleh HW di lereng Gunung Slamet yang sangat dingin, semua peserta jambore tidak tahan dengan hawa dingin yang menyengat itu.

Semua bermalam di rumah-rumah penduduk setempat, kecuali satu orang, Soedirman.

Pada 1934, sang paman yang mengasuhnya meninggal dunia. Hal ini membuat perekonomian keluarganya semakin payah. Beruntung Soedirman tetap diizinkan sekolah di Wiworotomo sampai ia tamat pada 1935 tanpa membayar tagihan sekolah.

Lulus dari MULO Wiworotomo, Soedirman kemudian melanjutkan ke Kweekschool, sekolah calon guru milik Muhammadiyah di Solo.

Namun karena kendala biaya, ia hanya bertahan setahun dan kemudian pulang ke Cilacap, Jawa Tengah.

Pulang ke Cilacap, Soedirman menjadi guru di HIS Muhammadiyah sekaligus menjadi anggota organisasi tersebut. Ia kemudian diangkat menjadi kepala sekolah di sekolah tersebut.

Pada 1943, Soedirman menjalani pendidikan militer Tentara Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor yang diselenggarakan oleh Jepang.

Riwayat Karier

- Guru di HIS Muhammadiyah Cilacap

- Anggota Syu Sangikai (semacam DPR di Banyumas) (1942 – 1944)

- Komandan Batalyon Kroya, Cilacap

- Panglima Divisi V Banyumas, dengan pangkat Kolonel (1945)

- Panglima Besar TKR, dengan pangkat Jenderal (1945 – 1959)

Pada 29 januari pukul 18.30, diusianya yang masih 34 tahun, Sudirman menghembuskan napas terakhir.

Jenazahnya dimakamkan keesokan harinya di Makam Taman Pahlawan Kusumanegara, Yogyakarta, di samping makam Urip Sumohardjo.

Namanya diabadikan sebagai pahlawan nasional melalui Keputusan Presiden RI No. 314 tahun 1964 tanggal 10 Desember 1964.

Penghargaan

- Pahlawan Nasional Indonesoa (1964)

- Jenderal Besar Anumerta Bintang Lima (1997)

SUMBER: https://surabaya.tribunnews.com/2019/06/29/punya-misi-khusus-habisi-panglima-tni-jenderal-soedirman-ini-sosok-perwira-belanda-simon-spoor?page=all

http://jatim.tribunnews.com/2018/09/14/jadi-rival-panglima-sudirman-jenderal-spoor-malah-tewas-seusai-makan-di-tanjung-priok?page=all

Berita Terkini