Sesampainya di Kodim, Bapa Tengkorak bersama lainnya diberi tahu bahwa terdapat tugas membela negara.
Mereka disuruh untuk mengejar anggota Partai Komunis Indonesia yang dikatakannya sampai habis.
Tak hanya itu, Bapa Tengkorak juga diminta bersumpah untuk melakukan itu.
Kesaksian Bapa Tengkorak - Kisah Pembunuhan di Maumere
Setelah diberi tugas di Markas Kodim, ia dan temannya disuruh pulang ke rumah masing-masing, namun diberi pesan agar siap jika sewaktu-waktu dipanggil menjalankan tugas.
Pemanggilan terhadapnya saat itu dilakukan melalui Radio Pemerintah Daerah.
Pada Februari 1966, ia dan temannya mendapat panggilan berkumpul di Kodim.
Mereka kemudian dibekali tiga sekop, tiga cangkul, dan empat tanduk rusa.
Diakui olehnya bahwa saat itu setiap algojo mendapatkan satu parang.
Setelah perlengkapan selesai dipersiapkan, mereka diangkut ke lokasi pembantaian.
Lokasi pembantaian telah ditentukan oleh Komandan Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Komop).
Di lokasi tersebut, mereka disuruh menggali lubang sedalam tiga meter, lebarnya lima meter.
Pada mulanya Bapa Tengkorak dan temannya bertugas di Desa Wairita.
Di desa tersebut mereka menggali tiga lubang untuk menguburkan 45 orang yang diduga terlibat PKI.
Eksekusi dilakukan pada tengah malam sesuai perintah Komandan Komop.