Baca tanpa iklan
Tak hanya itu, kendala selanjutnya saat tiba di rumah siswa, ada siswa yang tidak di rumah bahkan rumahnya kosong.
"Sampai di rumah siswa, ada yang pergi ke kebun, ada yang satu keluarga ke luar kota," ucapnya.
Sementara itu, dirinya juga harus bisa memanajemen waktu untuk memberikan kelas kepada siswa yang dalam jangkauan jaringan dan gadget.
"Jadi luring itu hanya untuk siswa yang tidak terjangkau jaringan dan tidak memiliki gadget, satu di antaranya ada di Desa Dodap, di sana akses jaringan susah, nah untuk yang daring itu siswa yang dalam jangkauan internet dan punya gadget, itu pun melalui masenger," ujarnya.
Menurutnya, tak sedikit para siswa protes dengan pengajaran daring via masenger. Tak sedikit pula siswa memahami bahan yang diajarkan.
"Karena kalau via masenger itu kan ada mode gratis, gak keluarin kuota, dan akibatnya tak sedikut siswa prites tidak paham dengan bahan yang diajarkan, namun saya tetap sabar memberi pemahaman kepada meraka," ucapnya.
Ia berharap, pemerintah bisa membuka sekolah khusus zona hijau.
"Di Boltim zona hijau, saya harap pemerintah segera membuka proses belajar mengajar secara tatap muka di sekolah. Agar para siswa dipelosok yang tidak terjangkau jaringan bisa kembali menimati pelajaran sama dengan siswa lainnya," ucapnya.
Menurutnya, meskipun pemerintah memberikan subsidi kuota internet pun hanya bisa dinikmati oleh para siswa yang terjangkau internet.
"Terus bagaimana dengan anak-anak murid saya yang di pelosok desa yang belum terjamah internet? Atau bagaimna dengan siswa yang tidak memiliki gadget? Karena tidak semua siswa saya orang tuanya kaya," ujarnya.
Ia menegaskan, dirinya sebagai guru apapun akan tetap memberikan pembelajaran kepada siswa-siswinya, meskipun harus mendatangi rumah. (Tribunmanado/Siti Nurjanah)
SUBSCRIBE YOUTUBE TRIBUNMANADO OFFICIAL: