TRIBUNMANADO.CO.ID - Bagi mereka yang sering berkendara dengan memasuki kawasan Megamas Manado, pasti tidak asing lagi dengan nama Jhon Lie.
Karena di pusat bisnis Sulawesi Utara itu, nama Jhon Lie dijadikan salah satu nama jalan, yakni Jl Laksda John Lie.
Lantas siapakah Jhon Lie itu?
Jhon Lie lahir di Manado dengan nama John Lie Tjeng Tjoan pada 9 Maret 1911.
Ia adalah Tionghoa peranakan dari Manado. Lahir dari pasangan Lie Kae Tae dan Oei Tjeng Nie Nio.
Leluhur Jhon Lie datang dari Fuzhou dan Xiamen, menetap di Minahasa sejak tahun 1790. Dia adalah generasi kelima dari leluhurnya.
Keluarga Jhon Lie kala itu termasuk orang berada. Ayahnya merupakan pemilik perusahaan pengangkutan Vetol.
Sejak usia belasan tahun, Jhon Lie sudah tertarik dengan dunia pelayaran.
Meski begitu, Jhon Lie sempat menamatkan pendidikannya di sekolah berbahasa Belanda, Hollands Chinese School (HCS), lalu Christelijke Lagere School.
Menginjak usia 17 tahun keinginannya menjadi pelaut semakin kuat.
Di usia itu ia memilih meninggalkan kota kelahirannya, Manado, demi mengejar mimpinya menjadi pelaut. Jhon Lie memutuskan pergi ke Batavia.
Di Batavia, Jhon Lie bekerja sebagai buruh. Disela-sela kesibukannya, Jhon Lie juga serius mengikuti kursus navigasi.
Atas ilmu yang dipelajarinya itu, sebuah perusahaan pelayaran Belanda menjadikan Jhon Lie sebagai klerk mualim III, kapal Koninklijk Paketvaart Maatschappij.
Pada tahun 1942 Jhon Lie ditugaskan ke suatu daerah bernama Koramshar, Iran, dan mendapat pendidikan militer di sana.
Setelah Perang Dunia II usai, Agustus 1945, Indonesia lewat Soekarno memproklamirkan kemerdekaan.