“Awalnya memang tidak mau di sekolahkan di SMPN2 karena tangannya tidak bisa menulis, tapi bisa membaca,” kata Suyadi, ayah Hendra kepada Kompas.com di rumahnya, Selasa (4/8/2020).
Hanya saja, salah satu gurunya di SDN Sumber Kemuning 2 yang pernah mengajar Hendra menganjurkan Hendra agar melanjutkan studi di SMPN 2 Tamanan.
Sebab anak tersebut memiliki kemampuan sama dengan pelajar lainnya.
Akhirnya, Hendra mendaftar dan berhasil lolos di sekolah negeri tersebut.
Dia sudah mengikuti pelajaran secara online.
Setiap Selasa, Hendra bersama sang ibu mengirimkan tugas ke sekolah.
Sayangnya, ketika tahun pelajaran sudah berlangsung, pihak sekolah ragu hendak meneruskan Hendra belajar di sekolah tersebut.
Setelah itu, pihak sekolah memanggil orangtuanya ke SMPN 2 Tamanan.
“Saya diminta datang ke kantor SMPN 2 Tamanan kemarin,” ucap Asyati, ibu Hendra.
Dia diminta datang ke sekolah untuk menyerahkan tugas yang diberikan secara daring.
Sang ibu datang bersama Hendra menemui guru dan kepala sekolah.
Di sekolah tersebut, Asyati ditanyakan oleh pihak sekolah soal Hendra bisa bergaul dengan teman-temannya.
Asyati menjawab bahwa hendra bias bergaul seperti anak pada umumnya.
Pihak sekolah juga bertanya profesi ayah Hendra yang ternyata seorang kuli bangunan.
Pertanyaan lain yang diajukan terkait cara Hendra mengikuti ujian sekolah saat masih di bangku SD.