TRIBUNMANADO.CO.ID, TOMOHON - Di tengah maraknya kabar terkait tudingan mengenai adanya pihak yang memanfaatkan situasi Covid-19 untuk meraup keuntungan, kabar tak mengenakkan justru diduga kuat terjadi di Kota Tomohon, Sulawesi Utara.
Dari penelusuran yang dilakukan Tribun Manado belum lama ini, adanya manipulasi diduga terjadi saat pendataan peserta pengambilan sampel swab test.
Di mana pada kegiatan yang digelar pekan lalu, di Anugerah Hall, Kota Tomohon, petugas diduga dengan sengaja memberikan status kontak erat resiko tinggi (KERT) kepada warga yang sehat, demi memenuhi syarat diikut sertakan dalam PCR (polymerase chain reaction) massal yang ditaksir menyerap anggaran puluhan juta tersebut.
Selain itu, alasan diambilkan sampel PCR ini juga seakan tak jelas, di mana ada beberapa peserta bukan merupakan KERT, ODP ataupun pasien dengan hasil rapid test reaktif.
• Upacara HUT ke-12 Kabupaten Boltim, Momen Tahun Kelima Kepemimpinan Sehan-Rusdi
Terkait hal ini, Kepala Dinas Kesehatan dr Isye Liuw belum menyebut yang dipanggil untuk pengambilan sampel swab test adalah mereka yang mempunyai kontak dengan salah satu pasien positif covid-19.
Namun terkait adanya warga yang tak punya kontak dengan pasien positif, namun sengaja ditulis KERT, Liuw mengaku belum mengetahui.
"Saya memang belum tahu soal itu. Karena kan yang dipanggil untuk ikut swab yaitu kontak erat," ungkapnya.
"Untuk pengisian formulir swab test harus diisi sendiri yang bersangkutan. Sehingga tidak harus ada paksaan," terangnya.
• Calon Bupati Minut Ini Akan Fokus Benahi Dunia Pendidikan
Dia pun menyebut swab juga bisa diikuti bagi mereka yang punya profesi berhadapan dengan pelayanan publik.
"Contohnya kami sebagai dokter kan sangat rawan terpapar. Sehingga supaya bisa mengetahui dini apakah virus itu ada dalam tubuh, harus dilakukan swab. Apalagi kan banyak sekarang yang tanpa gejala," sebutnya.
Sementara terkait ikut dilakukan swab test kepada sejumlah wartawan, dikatakan Liuw, itu merupakan keinginan sendiri tanpa adanya paksaan.
• Upacara HUT ke-12 Kabupaten Boltim, Momen Tahun Kelima Kepemimpinan Sehan-Rusdi
"Pelaksanaan swab tidak ada paksaan. Hanya saja lalu saat yang diswab adalah yang kontak-kontak erat. Kemudian sejumlah wartawan menanyakan apakah mereka bisa mengikuti swab test, sehingga saya kaget. Saya jawab silahkan yang penting tidak ada paksaan. Kalaupun menolak diswab test tentu tidak masalah," ungkapnya.
Dirinya pun mengungkapkan laboratorium juga sebetulnya tidak mau melakukan pemeriksaan sampel jika tak memiliki indikasi kuat, sehingga perlu formulir.
"Nah kalau memang merasa tidak punya kontak tidak diharuskan untuk mengikuti swab. Tapi kan lalu wartawan-wartawan yang menanyakan sendiri apa bisa ikut tentu saya persilahkan karena kan lebih bagus. Dan ini kalau saya bilang kalau di prodia memakan biaya sampai Rp 2,5 juta," ungkapnya lagi.
Dia menegakan pelaksanaan swab test bagi wartawan sama sekali tak ada unsur paksaan.
• Bikin Keributan, Pemuda di Mahakeret Ini Ditangkap, Polisi Temukan 2 Senjata Tajam