Kerusuhan Demo George Floyd, Berikut kisah WNI di Philadelphia

Editor: Isvara Savitri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pengunjukrasa meluapkan amarahnya kepada petugas NYPD dalam aksi unjuk rasa 'Black Lives Matter' di kota New York, Kamis (28/5/2020). Amerika Serikat dilanda kerusuhan hebat, pasca meninggalnya George Floyd akibat kehabisan nafas, setelah lehernya ditindih seorang petugas Polisi Minneapolis dalam sebuah penangkapan.

Lebih jauh Jenny menceritakan saat ini kondisi di Philadelphia sudah tenang dan kondusif.

Namun banyak petugas, tentara dan polisi melakukan aksi beres-beres dan membersihkan sisa-sisa pembakaran serta penjarahan.

"Sekarang sudah mulai diberesin tempatnya, sudah mulai tenang," kata Jenny.

Meluas Sampai Eropa

Kerusuhan pecah pascakematian warga keturunan Afrika-Amerika George Floyd oleh petugas polisi di Minneapolis, Minnesota, Amerika Serikat.

Bahkan, kerusuhan tersebut meluas di sejumlah negara bagian di Amerika Serikat. Kabar terbaru, aksi unjuk rasa atas kematian George Floyd juga merembet ke Eropa.

Melansir Kontan.co.id, ratusan orang di London dan Berlin juga turun ke jalan pada hari Minggu (31/5/2020) dalam solidaritas terhadap demonstrasi yang terjadi di AS.

Isu rasial menyeruak dan para demonstran menuntut keadilan atas kematian pria tanpa senjata yang tewas di kaki polisi kulit putih di Minneapolis. 

Seperti dikutip Reuters, Senin (1/6/2020), gelombang protes di Amerika juga terus membesar. 

Beberapa demonstrasi berubah menjadi kekerasan ketika demonstran memblokir lalu lintas, membakar dan bentrok dengan polisi anti huru hara. 

Beberapa di antaranya menembakkan gas air mata dan peluru plastik dalam upaya untuk memulihkan ketertiban.

Sejatinya bagaimana George Floyd meninggal?

Laporan lengkap oleh pemeriksa medis daerah belum dirilis.

Tetapi pengaduan menyatakan bahwa pemeriksaan post-mortem tidak menemukan bukti "asfiksia traumatis atau pencekikan".

Pemeriksa medis mencatat Floyd memiliki masalah jantung.

Halaman
1234

Berita Terkini